TEMPO Interaktif, Jakarta - Kenaikan harga jual logam timah yang diterima PT Timah (Persero) Tbk menjadi pendorong peningkatan signifikan laba perseroan dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut Sekretaris Perusahaan Perseroan Abrun Abubakar, harga jual logam timah pada semester pertama tahun ini sebesar US$ 29.541 per metrik ton. "Itu lebih tinggi 69 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 17.529 per metrik ton," kata Abrun dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 25 Agustus 2011.
Berdasarkan data, perseroan membukukan kenaikan laba yang signifikan pada semester pertama tahun ini. Laba periode berjalan perseroan sebesar Rp 688,99 miliar atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 322,31 miliar.
Kenaikan laba periode berjalan tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha pada tahun ini sebesar Rp 4,83 triliun atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 3,74 triliun. Sementara, beban pokok pendapatan sebesar Rp 3,57 triliun atau naik tipis dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 3,06 triliun.
Beban pokok pendapatan yang hanya naik tipis dibandingkan tahun sebelumnya mendorong kenaikan laba kotor sebesar Rp 1,25 triliun atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 689,07 miliar. Setelah dikurangi beban-beban usaha, laba sebelum pajak perseroan menjadi sebesar Rp 929,97 miliar atau naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 398,44 miliar.
Walau produksi dan penjualan logam timah mengalami penurunan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, laba tetap mengalami kenaikan karena meningkatnya harga jual logam timah yang diterima perseroan.
Produksi logam timah hingga Juni 2011 sebesar 18.455 metrik ton atau turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 19.501 metrik ton. Sementara penjualan logam timah pada semester pertama tahun ini sebesar 17.547 metrik ton atau turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 19.760 metrik ton.
Menurut Abrun, saat ini perseroan sedang berupaya meningkatkan pendapatan dengan fokus pada penjualan logam premium dan pengembangan produk hilir. "Perseroan juga sedang berupaya mengurangi ketergantungan dari penambangan darat dengan meningkatkan kapasitas produksi penambangan lepas pantai," kata Abrun.
Saat ini perseroan sedang membangun kapal keruk jenis Bucket Wheel Dredge (BWD). Kapal keruk tersebut tersebut dapat mengeruk lebih dalam dibandingkan kapal keruk Bucket Line Dredge (BLD) sehingga ditargetkan mendukung rencana perusahaan untuk go offshore go deeper.
Berdasarkan data, volume produksi biji timah dari tambang lepas pantai pada semester pertama ini adalah sebesar 8.255 ton.Sn atau menurun sekitar 9 persen dari semester pertama tahun sebelumnya sebesar 9.085 ton.Sn. Sementara total produksi bijih dari tambang darat menjadi sebesar 9.446 ton.Sn atau meningkat sekitar 11 persen dari semester pertama tahun sebelumnya sebesar 8.503 ton.Sn.
EVANA DEWI