TEMPO Interaktif, Umm Qasr, Irak - Irak dan Kuwait, dua negara yang berbagi perbatasan kecil, dan sempat terlibat perang kini bakal bertemu lagi. Kali ini mereka berdebat tentang rencana Kuwait membangun sebuah pelabuhan raksasa yang dinilai oleh Irak akan mengganggu jalur pelayaran di Teluk.
Meski tak ada hal serius yang bisa memicu konflik, perdebatan kedua negara mengingatkan akan kejadian tahun 1990-an. Saat itu kedua negara saling tuduh yang berujung pada invasi Irak ke Kuwait.
"Dengan proyek ini, Kuwait telah meletakkan landasan untuk mengakhiri hubungan Irak-Kuwait," kata Aliyah Nisayef, seorang anggota parlemen Irak yang mengumpulkan lebih dari 70 tanda tangan dari anggota parlemen mengecam rencana pembangunan tersebut.
Sebuah delegasi Irak baru saja kembali dari Kuwait. Mereka baru saja memeriksa rencana pembangunan pelabuhan. Pekan ini diharapkan mereka memberikan laporan kepada Perdana Menteri Nouri al-Maliki.
Kuwait berencana membangun pelabuhan yang terletak di Pulau Bubiyan, salah satu pulau terbesar di Irak Pelabuhan dengan nama Mubarak Al-Kabir ini setidaknya menelan biata US $ 1,1 miliar.
Pekan lalu, puluhan demonstran Irak berkumpul di tempat kurang dari 300 meter dari perbatasan Kuwait untuk mengecam rencana pembangunan pelabuhan tersebut.
Menteri Dalam Negeri Kuwait, Sheik Ahmad Al-Humoud Al-Sabah, memperingatkan bahwa pasukan keamanan akan memiliki "toleransi nol" untuk setiap protes lintas batas upaya protes.Sengketa, juga mencerminkan kekhawatiran yang lebih luas di seluruh wilayah.
Kuwait dan negara-negara Arab Teluk lainnya sangat khawatir tentang pelebaran pengaruh Iran di dunia Arab, khususnya hubungan dekat Teheran dengan Syiah yang dipimpin pemerintah Irak.
Dengan pembangunan pelabuhan ini, Irak khawatir akses perdagangan ke negerinya bakal terhambat. Akses laut Irak hanya melalui jalur sempit dari Teluk ke pelabuhan Umm Qasr.
Akses Irak ke Umm Qasr tergantung pada kemurahan Kuwait. "Efek Pelabuhan Mubarak akan meghambat perjalanan kapal," kata wakil ketua Dewan Provinsi Basra Ahmed al-Sulaiti. Provinsi Basra termasuk Umm Qasr dan pantai kecil Irak.
Kuwair melihat pembangunan pelabuhan ini sebagai langkah penting dalam memulihkan status negara sebagai pusat perdagangan internasional dan investasi. Jalur perdagangan ke negera ini sebagian besar telah pindah ke Qatar dan Uni Emirat Arab dalam dua dekade terakhir.
Kuwait membayangkan pelabuhan itu nantinya menjadi daerah perdagangan bebas untuk pengiriman dan pusat komersial. Pelabuhan juga bisa digunakan oleh Irak, Iran dan Arab Saudi. Meski negara-negara tetangga itu sejauh ini tak menyatakan minatnya.
Apabila berhasil, proyek ini bakal menjadi salah satu pelabuhan terbesar di Teluk. Bahkan bisa menyaingi Abu Dhabi dan Dubai sebagai pusat transit antara Eropa, Timur Tengah dan Asia.
Kuwait mengatakan otoritas pelabuhan diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2015. "Visi adalah untuk membuat Bubiyan menjadi persimpangan transportasi, laut, kereta api dan jalan raya yang menghubungkan semua negara," kata Sami Alfaraj, direktur Pusat Studi Strategis Kuwait.
"Kami tidak takut dengan ancaman (Irak)," kata Khalid Al Jarallah, dari Departemen Luar Negeri Kuwait pada awal Agustus lalu, setelah kunjungan pejabat Irak untuk membahas pelabuhan yang direncanakan.
AP | ERWINDAR