TEMPO Interaktif, Tokyo - Jepang sepertinya belum bisa lepas dari bala. Negeri ini baru saja mau bangkit dari bencana gempa dan tsunami yang melanda awal Maret lalu. Hari ini, Rabu, 24 Agustus 2011, lembaga pemeringkat utang Moody`s Investors Service menurunkan ranking kredit Negeri Sakura itu satu tingkat dari Aa2 menjadi Aa3. Masalah utang yang ditimbun sejak 2009 lalu dan kepemimpinan politik telah menghambat strategi ekonomi yang efektif.
Saat ini Jepang sedang mempersiapkan untuk pemilihan umum untuk memiliki perdana menteri baru yang akan menggantikan Naoto Kan. Kan dianggap tidak cepat tanggap dalam merespons penanganan tsunami dan krisis radiasi pembangkit listrik tenaga nuklir, Maret lalu.
Meski peringkatnya turun, Jepang masih tetap di zona biru untuk investasi. Hampir semua negara ekonomi maju di dunia saat ini tengah bergelut dengan masalah utang. Awal Agustus ini, Amerika Serikat kehilangan top-tier rating AAA dari Standard & Poor. Moody juga mengingatkan Italia dan beberapa negara di Eropa lainnya tentang kemungkinan rating utangnya turun.
"Selama lima tahun terakhir, frekuensi perubahan di (Jepang) administrasi telah menghambat pemerintah dari penerapan strategi jangka panjang ekonomi dan fiskal ke dalam kebijakan yang efektif dan tahan lama," kata Moody dalam siaran pers yang dirilis hari ini.
Sejak Mei lalu, Moody telah memperingatkan bahwa peringkat utang Jepang bisa saja turun dari posisi Aa2. Penyebabnya ada kekhawatiran yang tinggi tentang prospek pertumbuhan ekonomi. Ditambah lagi respons kebijakan yang lemah dalam mengelola utang publik yang sudah menyentuh US$ 5 triliun.
Baca Juga:
Menteri Keuangan Yoshihiko Noda belum bersedia mengomentari penurunan rating oleh Moody. Namun dia mengatakan lelang terakhir dari Japanesse Goverment Bond (surat utang pemerintah) telah memenuhi permintaan yang menguntungkan. "Dan saya tidak melihat perubahan apa pun dalam kepercayaan pasar pada JGB," kata Noda.
Analis mengatakan penurunan itu tidak mengejutkan dan reaksi pasar obligasi harus diredam. "Saya berharap penurunan rating terjadi setelah pemilihan kepemimpinan Partai (yang berkuasa) Demokratik Jepang," kata Yuuki Sakurai, CEO dan Presiden Fukoku Capital Management Inc.
Tapi melihat calon, kata Sakurai, tampaknya tak seorang pun di antara mereka yang serius menangani reformasi keuangan, jadi itu mengapa Moody memotong rating. "Moody mungkin mengambil pandangan bahwa keuangan Jepang akan terus memburuk," kata Sakurai.
REUTERS | ERWINDAR