TEMPO Interaktif, Jakarta - PT Timah (Persero) Tbk memperkirakan adanya peningkatan kinerja pada semester pertama tahun ini karena meningkatnya harga jual rata-rata tahun ini. "Harga memang berfluktuasi, tapi ada kecenderungan naik," kata Direktur Utama PT Timah, Wahid Usman, di Jakarta, Rabu, 13 Juli 2011.
Menurut dia, volume produksi pada semester tahun ini diperkirakan mencapai 17 ribu ton hingga 18 ribu ton. Angka tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang sekitar 19 ribu ton. Namun begitu, harga jual timah justru mengalami peningkatan. Dari sekitar US$ 19 ribu pada tahun lalu menjadi di atas US$ 25 ribu pada tahun ini.
"Kalau penjualannya naik, maka saya perkirakan laba juga akan meningkat," kata Wahid. Hingga akhir tahun, Wahid memperkirakan volume produksi bisa mencapai 40 ribu ton.
Menurut Wahid, saat ini perusahaan juga sedang mengembangkan penambangan di lepas pantai. Selama ini, penambangan di darat sulit diprediksi karena banyaknya penambangan liar. Berbeda dengan penambangan di lepas pantai yang dinilai lebih mudah dikontrol. Saat ini, porsi penambangan di lepas pantai hanya sekitar 20 persen dibandingkan penambangan di darat. Dalam jangka panjang, diharapkan porsi penambangan di lepas pantai bisa meningkat menjadi 70 persen.
Saat ini perusahaan sudah mengidentifikasi beberapa wilayah dengan cadangan timah di lepas pantai yang paling dalam 73 meter di bawah permukaan laut. Perusahaan juga sudah menyiapkan peralatan untuk melakukan survei seismik sekaligus dilengkapi kapal bor untuk pengeboran cadangan timah tersebut.
Perusahaan juga sedang membangun satu unit Bucket Wheel Dredges (BWD) dengan investasi sekitar Rp 480 miliar. Perseroan juga akan memodifikasi kapal keruk menjadi BWD dengan investasi sekitar Rp 40 miliar. Dengan kapal keruk BWD, maka diharapkan dapat melakukan penggalian lebih dalam dari kapasitas kapal keruk yang dimiliki Perseroan saat ini.
EVANA DEWI