TEMPO Interaktif, Jakarta - Head of Trade HSBC Indonesia Nirmala Salli mengatakan, dalam dua tahun ke depan perdagangan ekspor impor, khususnya ke Cina dan Hong Kong, akan banyak dilakukan dalam bentuk mata uang mata uang Cina, renmimbi atau yuan.
"Dua tahun lalu renmimbi digunakan dalam pasar gelap. Tapi, mulai tahun ini renmimbi sebagai mata uang semakin banyak digunakan dalam transaksi bisnis internasional," kata Nirmala dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis, 30 Juni 2011.
Tren penggunaan renmimbi sebagai mata uang perdagangan intra-Asia akan terus meningkat. Nirmala memprediksi, dalam 2-4 tahun ke depan lebih dari setengah transaksi ekspor dan impor Cina dengan negara berkembang dilakukan dalam renmimbi.
"Itu berdasarkan prediksi ekonom kami. Renmimbi akan menjadi salah satu dari tiga mata uang utama yang digunakan dalam perdagangan internasional 2015 selain euro dan dolar Amerika Serikat," kata Nurmala.
Peningkatan penggunaan mata uang renmimbi terlihat dari nilai transaksinya. Pada 2010 transaksi perdagangan dengan renmimbi mencapai 506 miliar renmimbi. Sedangkan pada semester pertama tahun nilai perdagangan ssekitar 300 miliar renmimbi.
Baca Juga:
Namun, masih ada kekurangan dalam penggunaan mata uang Renmimbi. Kekurangannya, di Indonesia belum ada tempat penukaran uang dari renmimbi menjadi rupiah. Pelaku bisnis harus menukarkan renmimbi terlebih dulu dalam kurs dolar, baru ditukarkan menjadi rupiah.
"Tapi, meski terjadi dua kali penukaran, pelaku masih bisa mendapatkan keuntungan. Saya yakin, tahun depan sudah ada nilai tukar renmimbi ke dalam rupiah," ujar Nurmalam.
ROSALINA