TEMPO Interaktif, Jakarta - Pertumbuhan penjualan industri bakery nasional kuartal 2 tahun ini agak tersendat. Meski begitu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia, Chris Hadijaya, memperkirakan industri ini tumbuh lebih tinggi dibanding realisasi kuartal sebelumnya, 7 persen.
Chris tak menyebut berapa persisnya kisaran pertumbuhan penjualan itu, tapi ia memprediksi pertumbuhannya belum melampaui target 15 persen. ”Untuk kuartal kedua akan lebih baik (dari kuartal pertama) walaupun belum mencapai target sebesar 15 persen,” katanya, Senin, 6 Juni 2011.
Baca Juga:
Sejumlah faktor menjadi penyebab masih belum optimalnya pertumbuhan penjualan, seperti masih tingginya bahan baku produksi seperti mentega, susu, cokelat, yang naik berkisar 8 hingga 18 persen.
Sebelumnya, pada kuartal pertama, pertumbuhan penjualan bakery juga tidak bisa mencapai target 12 persen. Kondisi itu juga dipicu dengan adanya kenaikan bahan pokok, seperti beras dan minyak goreng. Selain itu, naiknya tarif dasar listrik pada awal tahun kemarin juga memperparah kondisi.
Namun, Chris tetap yakin pertumbuhan bakery masih memiliki peluang untuk terus meningkat jika harga bahan baku bisa ditekan. Apalagi saat ini sejumlah perusahaan besar bakery akan menggenjot kapasitas produksi karena melakukan penambahan gerai. Seperti Sari Roti yang akan melakukan ekspansi ke Medan, misalnya.
Belum lagi saat ini produk bakery adalah salah satu produk yang tidak terimbas penerapan pasar bebas ASEAN dan Cina. "Persaingan dengan produk impor di bidang bakery sampai saat ini masih relatif aman, yang ada hanya persaingan dengan merek atau brand impor, tetapi pemilik masih orang Indonesia (franchise)," katanya.
Saat industry bakery nasional memiliki spesifik khusus, mulai dari merek hingga kualitas rasa terutama untuk kelas menengah ke atas. Begitu juga persaingan di retail modern yang telah memiliki merek sendiri untuk bakery.
Dengan begitu, produk impor, terutama dari Cina, akan kesulitan untuk mengalahkannya. "Bakery saya kira masih relatif aman dari serbuan barang impor, terutama Cina. Hal tersebut disebabkan usaha atau produk bakery sangat khusus, seperti life time-nya yang pendek maksimum enam hari dan mata rantai distribusinya yang unik," katanya.
AGUNG SEDAYU