TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Perindustrian meminta pemerintah Cina menurunkan pajak ekspor pada produk bahan olahan tertentu yang dibutuhkan Indonesia. Selama ini, Cina banyak mengambil bahan baku dari Indonesia kemudian produk olahannya dijual dengan bea ekspor tinggi.
Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahajana, mencontohkan seperti pada industri baja di mana Cina banyak mengimpor produk pasir besi untuk diolah menjadi slab, billet, kokas, yang merupakan bahan baku industri baja. Namun, saat menjualnya ke Indonesia, Cina menerapkan biaya ekspor produk tersebut hingga 40 persen. "Padahal, Indonesia membutuhkan produk olahan yang bahannya diambil dari Indonesia itu," kata Agus di Jakarta, Jumat, 29 April 2011.
Padahal, di sisi lain justru Indonesia sama sekali tidak menerapkan pajak ekspor untuk pasir besi. Oleh karena itu, diharapkan Cina mencabut atau mengurangi pajak ekspor produk olahan tersebut khusus untuk penjualan ke Indonesia. Aturan mengenai biaya ekspor Cina itu berlaku untuk semua negara bukan hanya Indonesia saja, tapi melalui kesepakatan kerjasama antar dua negara itu memungkinkan dilakukan.
Selain itu, Kementerian Perindustrian juga merekomendasikan sejumlah usul lain. Seperti penyeimbangan neraca perdagangan antara kedua negara, peningkatan mutu produk ekspor Cina, dan peningkatan investasi Cina ke Indonesia.
Pada penyeimbangan neraca perdagangan diharapkan Cina bisa lebih banyak membeli produk Indonesia terutama untuk produk di luar hasil sumber daya alam. Pada peningkatan mutu, Indonesia berharap Cina untuk selektif dalam ekspor barang ke Indonesia.
Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao, melakukan kunjungan ke Indonesia. Ia sampai di Indonesia tadi malam dan rencananya kunjungan itu sampai Sabtu, 30 April 2011 besok.
AGUNG SEDAYU