Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Di Bawah 'Gempuran' Cina  

image-gnews
Pengrajin sepatu di Cibaduyut, Bandung, Rabu (3/6). Setiap tahunnya sekitar 3 Juta s/d 4 Juta pasang sepatu berbagai jenis dibuat oleh 3.519 pengrajin dengan total investasi Rp 14 Miliar. TEMPO/Prima Mulia
Pengrajin sepatu di Cibaduyut, Bandung, Rabu (3/6). Setiap tahunnya sekitar 3 Juta s/d 4 Juta pasang sepatu berbagai jenis dibuat oleh 3.519 pengrajin dengan total investasi Rp 14 Miliar. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO Interaktif, Bandung - Puluhan sepatu anak berbagai model dengan warna cerah terpajang di salah satu toko sepatu di Jalan Cibaduyut Raya, Bandung, Jawa Barat. Harga sepasang dibanderol Rp 30 ribu. Sepintas sepatu-sepatu itu tak beda jauh dengan buatan sentra di Cibaduyut. Yang membedakan hanya labelnya: "Made in China."

Tak hanya sepatu anak yang marak dijajakan di kawasan itu. Sepatu impor berbahan kulit imitasi juga dijual. Harganya Rp 50-70 ribu per pasang. Bandingkan dengan harga sepatu kulit buatan lokal yang dijual rata-rata Rp 200 ribu.

Pada 1980-an, Cibaduyut dikenal sebagai pusat industri sepatu. Produk sepatu asal daerah itu terkenal ke seantero negeri, bahkan sampai mancanegara. Tapi kini puluhan produsen sepatu di Cibaduyut tak mampu lagi menahan gempuran sepatu impor asal Cina.

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat menyebutkan, jumlah industri kecil sepatu di Cibaduyut terus berkurang. Pada 2008, sebanyak 867 unit usaha masih bertahan. Jumlah ini kemudian menyusut menjadi 844 unit pada 2009. "Angka ini bakal terus menurun," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Ferry Sofwan Arif.

Bahkan, menurut data Koperasi Bina Usaha Angkatan Muda Indonesia Bersatu Jawa Barat, kapasitas industri rumahan Cibaduyut merosot 60 persen pada tahun lalu. Kini industri rumahan hanya menghasilkan sekitar 300 pasang sepatu per pekan.

Produsen sepatu konstruksi merek Inkra Batant Stride, Gun Gun Runiadi, mengungkapkan, mahalnya produk sepatu Cibaduyut dibanding sepatu buatan Cina disebabkan oleh mahalnya bahan baku. Selain itu, tingkat margin sebesar 30 persen yang dipatok pedagang menyebabkan harga sepatu kian melambung.

Industri tekstil dan garmen di Majalaya, Jawa Barat, juga mengalami hal yang sama. Membanjirnya tekstil dan produk tekstil asal Cina menyebabkan jumlah pesanan menurun drastis. Pemilik CV Sandang Makmur Lestari, Deden Sawega, menyatakan pesanan ke perusahaan anjlok. "Toko di Tanah Abang menunda pemesanan," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Merosotnya produksi industri nasional akibat gempuran produk Cina diakui Direktur Jenderal Kerja Sama Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahjana. Menurut dia, daya saing industri nasional kalah oleh Cina. Penyebabnya, industri dalam negeri kekurangan pasokan komponen dan energi. Kondisi ini ditambah dengan sulitnya mendapatkan modal usaha.

Selama tahun lalu, impor produk industri dari Cina mencapai 18,5 persen dari total impor. Jumlah ini naik 33 persen dibanding tahun sebelumnya. Sebaliknya, ekspor Indonesia ke Cina hanya 8,21 persen dibanding total ekspor (lihat tabel).

Pemerintah mensinyalir murahnya barang buatan Cina karena praktek perdagangan tidak adil. Dari 190 jenis barang impor Cina, 38 jenis dijual lebih murah di Indonesia dibanding di Cina. Atas temuan ini, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat akan membahas dalam pertemuan bilateral dengan Cina. Dia menolak desakan pembahasan negosiasi ulang kesepakatan. Alasannya, "Renegosiasi terlalu lama."

R.R. ARIYANI | AGUNG SEDAYU | ANGGA SUKMA WIJAYA

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Ini Cina Terapkan Bea Antidumping untuk Baja Nirkarat RI

23 Juli 2019

Pekerja mengecek rangka baja saat pembuatan beton pracetak di fasilitas milik PT Adhi Persada Beton (APB) anak usaha PT Adhi Karya (Persero) Tbk di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, 29 April 2015. Produk beton precast APB ini selain untuk memenuhi kebutuhan internal proyek-proyek konstruksi ADHI juga menyuplai ke Papua dan ekspor ke Timor Leste. Tempo/Tony Hartawan
Hari Ini Cina Terapkan Bea Antidumping untuk Baja Nirkarat RI

Tarif antidumping yang dikenakan Cina sebesar 18,1 - 103,1 persen.


Perang Dagang, Indonesia Bisa Rebut Pasar Tekstil Cina di AS

16 Mei 2019

Pekerja menyelesaikan produksi kain sarung di Pabrik Tekstil Kawasan Industri Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat 4 Januari 2019. Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun 2019 mencapai 15 miliar dollar AS atau naik 11 persen dibandingkan target pada tahun 2018. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Perang Dagang, Indonesia Bisa Rebut Pasar Tekstil Cina di AS

Indonesia berpeluang mengambil pasar tekstil Cina di Amerika Serikat setelah perang dagang kedua negara tersebut.


Sri Mulyani Ingatkan Dampak Buruk Perang Dagang Presiden Trump

6 Maret 2018

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. TEMPO/Subekti
Sri Mulyani Ingatkan Dampak Buruk Perang Dagang Presiden Trump

Sri Mulyani mengomentari kebijakan AS yang akan memproteksi produk baja dengan menerapkan bea masuk.


Devaluasi Yuan, Ini Strategi Menteri Perindustrian  

14 Agustus 2015

Petugas dari BPOM memeriksa produk makanan import asal Cina saat razia makanan dan minuman di sejumlah pertokoan di Surabaya, Senin (08/02). Dalam razia tersebut, ditemukan sejumlah makanan dan minuman yang tak terdaftar. TEMPO/Fully Syafi
Devaluasi Yuan, Ini Strategi Menteri Perindustrian  

Menteri Perindustrian menilai devaluasi yuan membuat ekspor Cina makin deras masuk ke Indonesia.


Akhirnya, New iPad Bisa Masuk Cina

21 Juli 2012

CEO Apple Steve Jobs memperkenalkan komputer tablet terbarunya, iPad di San Francisco, Amerika Serikat (28/1). Jobs memposisikan iPad sebagai gadget persambungan antara sebuah laptop dan ponsel pintar. AP/Paul Sakuma
Akhirnya, New iPad Bisa Masuk Cina

Mereka harus membayar nyaris Rp 600 miliar untuk menyelesaikan sengketa paten dengan sebuah perusahaan lokal Cina.


Anggito: ACFTA Harus Dilihat Secara Multilateral  

2 Mei 2011

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Cina Wen Jiabao. TEMPO/Tony Hartawan
Anggito: ACFTA Harus Dilihat Secara Multilateral  

Secara bilateral memang defisit, tapi secara multilateral Indonesia surplus


PM Cina: Salak dan Manggis Populer di Cina

30 April 2011

Dagangan buah manggis  di pinggir jalan raya Magelang-Yogyakarta  di desa Blondo, Mungkid, Magelang, Jateng, Kamis (5/2). Manggis didatangkan dari wilayah Yogyakarta dan dijual  Rp7.500 per kilogram. ANTARA/Anis Efizudin
PM Cina: Salak dan Manggis Populer di Cina

Ternyata tak hanya produk-produk buatan Cina yang membajiri Indonesia. Beberapa produk dalam negeri khususnya buah-buahan asli Indonesia saat ini mulai banyak dikonsumsi masyarakat Cina atau biasa juga disebut Republik Rakyat Tiongkok.


Pemerintah Minta Cina Turunkan Pajak Ekspor

29 April 2011

Perdana Menteri Cina Wen Jiabao dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. AP/Dita Alangkara
Pemerintah Minta Cina Turunkan Pajak Ekspor

Cina banyak mengambil bahan baku dari Indonesia kemudian produk olahannya dijual dengan bea ekspor tinggi.


Banyak Produk Cina Masuk Lewat Malaysia

23 April 2011

TEMPO/ Nita Dian
Banyak Produk Cina Masuk Lewat Malaysia

Maraknya produk Cina di pasar domestik ternyata bukan hanya karena diimpor langsung dari Cina, melainkan juga banyak yang dimpor dari negara tetangga.


Indonesia Dinilai Salah Strategi Hadapi CAFTA

23 April 2011

Bank of China.  REUTERS/David Gray
Indonesia Dinilai Salah Strategi Hadapi CAFTA

Lemahnya Indonesia menghadapi banjir impor Cina pasca diberlakukannya pasar bebas Cina-ASEAN (CAFTA) setahun lalu dinilai karena adanya kesalahan strategi.