Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Banjir Produk Cina Bukan Karena Tarif Rendah

image-gnews
Pedagang mengemas jeruk import asal Cina yang biasa digunakan sebagai sajian Imlek di Surabaya, Rabu (03/02). Menjelang perayaan Imlek permintaan jeruk ini melonjak cukup tajam, satu kardus jeruk dpasarkan dengan harga 80 ribu. TEMPO/Fully Syafi
Pedagang mengemas jeruk import asal Cina yang biasa digunakan sebagai sajian Imlek di Surabaya, Rabu (03/02). Menjelang perayaan Imlek permintaan jeruk ini melonjak cukup tajam, satu kardus jeruk dpasarkan dengan harga 80 ribu. TEMPO/Fully Syafi
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebagian besar produk impor asal Cina ternyata belum menggunakan tarif preferensi berdasarkan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). "Masih 70 persen impor pakai tarif normal," kata Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar kemarin.

Artinya, menurut dia, semua permasalahan industri dalam negeri bukan diakibatkan oleh pengenaan tarif impor untuk produk Cina yang rendah. "Persoalannya bukan ACFTA, tetapi karena harga barang Cina sudah murah sekali," ujarnya. Bila produsen Cina menggunakan tarif preferensi, tentu harga produk bakal lebih murah lagi.

Hal ini menanggapi keluhan beberapa industri yang merasa dirugikan karena penjualannya anjlok akibat membanjirnya produk impor asal Cina setelah tarif impor turun sesudah ACFTA berlaku efektif. Industri yang tertekan di antaranya adalah industri tekstil, alas kaki, mainan anak, dan baja.

Impor dari Cina memang melonjak dan mengakibatkan defisit perdagangan Indonesia dengan Cina membesar setahun setelah ACFTA berjalan. Tahun lalu defisit perdagangan Indonesia mencapai US$ 4,73 miliar, lebih besar ketimbang tahun sebelumnya yang hanya US$ 2,5 miliar.

Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian, Arryanto Sagala, menyatakan bakal ada tambahan usulan baru penerapan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) pada 21 jenis produk. Hal tersebut untuk memproteksi produk dalam negeri dari derasnya aliran produk impor serupa dari Cina.

“Kalau mereka (Cina) dipaksa memenuhi SNI, pasti produknya tidak bisa dijual murah. Produk dalam negeri bisa bersaing,” kata Arryanto.

Ke-21 produk yang dikenai wajib SNI itu akan menambah panjang daftar 68 produk berstandar serupa. Produk-produk itu di antaranya meliputi sektor industri elektronik, industri maritim dan kedirgantaraan, produk tekstil, produk aneka, serta produk baja.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Suryo Bambang Sulisto meminta agar wajib SNI diterapkan lebih selektif dan diprioritaskan pada produk yang diserbu oleh produk Cina.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat mengatakan sektor tekstil siap dengan penerapan wajib SNI. “Biasa kami lakukan terutama saat menerima pesanan ekspor ke Eropa dan Jepang. Standar kami sesuai dengan standar mereka yang tinggi,” kata Ade.

Ia berharap, ke depan, pemerintah memperketat penerapan wajib SNI untuk produk impor. Sebab, meskipun SNI bertujuan menekan impor dan meningkatkan daya saing, kenyataannya justru industri lokal yang dikejar-kejar untuk patuh SNI tapi importir kurang diawasi. Akibatnya, industri lokal yang tertekan.

Kementerian Keuangan berkomitmen mencegah penyelundupan dengan memperketat impor produk dari Cina. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai akan meningkatkan early warning system dengan mendata produk impor yang beredar di pasar lokal dengan mengecek surat keterangan asal (SKA) tiap produk. Untuk mengantisipasi praktek dumping, pemerintah bakal memberlakukan bea masuk antidumping.

EKA UTAMI APRILIA | AGUNG SEDAYU | IRA GUSLINA

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Ini Cina Terapkan Bea Antidumping untuk Baja Nirkarat RI

23 Juli 2019

Pekerja mengecek rangka baja saat pembuatan beton pracetak di fasilitas milik PT Adhi Persada Beton (APB) anak usaha PT Adhi Karya (Persero) Tbk di Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, 29 April 2015. Produk beton precast APB ini selain untuk memenuhi kebutuhan internal proyek-proyek konstruksi ADHI juga menyuplai ke Papua dan ekspor ke Timor Leste. Tempo/Tony Hartawan
Hari Ini Cina Terapkan Bea Antidumping untuk Baja Nirkarat RI

Tarif antidumping yang dikenakan Cina sebesar 18,1 - 103,1 persen.


Perang Dagang, Indonesia Bisa Rebut Pasar Tekstil Cina di AS

16 Mei 2019

Pekerja menyelesaikan produksi kain sarung di Pabrik Tekstil Kawasan Industri Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat 4 Januari 2019. Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun 2019 mencapai 15 miliar dollar AS atau naik 11 persen dibandingkan target pada tahun 2018. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Perang Dagang, Indonesia Bisa Rebut Pasar Tekstil Cina di AS

Indonesia berpeluang mengambil pasar tekstil Cina di Amerika Serikat setelah perang dagang kedua negara tersebut.


Sri Mulyani Ingatkan Dampak Buruk Perang Dagang Presiden Trump

6 Maret 2018

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. TEMPO/Subekti
Sri Mulyani Ingatkan Dampak Buruk Perang Dagang Presiden Trump

Sri Mulyani mengomentari kebijakan AS yang akan memproteksi produk baja dengan menerapkan bea masuk.


Devaluasi Yuan, Ini Strategi Menteri Perindustrian  

14 Agustus 2015

Petugas dari BPOM memeriksa produk makanan import asal Cina saat razia makanan dan minuman di sejumlah pertokoan di Surabaya, Senin (08/02). Dalam razia tersebut, ditemukan sejumlah makanan dan minuman yang tak terdaftar. TEMPO/Fully Syafi
Devaluasi Yuan, Ini Strategi Menteri Perindustrian  

Menteri Perindustrian menilai devaluasi yuan membuat ekspor Cina makin deras masuk ke Indonesia.


Akhirnya, New iPad Bisa Masuk Cina

21 Juli 2012

CEO Apple Steve Jobs memperkenalkan komputer tablet terbarunya, iPad di San Francisco, Amerika Serikat (28/1). Jobs memposisikan iPad sebagai gadget persambungan antara sebuah laptop dan ponsel pintar. AP/Paul Sakuma
Akhirnya, New iPad Bisa Masuk Cina

Mereka harus membayar nyaris Rp 600 miliar untuk menyelesaikan sengketa paten dengan sebuah perusahaan lokal Cina.


Anggito: ACFTA Harus Dilihat Secara Multilateral  

2 Mei 2011

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Cina Wen Jiabao. TEMPO/Tony Hartawan
Anggito: ACFTA Harus Dilihat Secara Multilateral  

Secara bilateral memang defisit, tapi secara multilateral Indonesia surplus


PM Cina: Salak dan Manggis Populer di Cina

30 April 2011

Dagangan buah manggis  di pinggir jalan raya Magelang-Yogyakarta  di desa Blondo, Mungkid, Magelang, Jateng, Kamis (5/2). Manggis didatangkan dari wilayah Yogyakarta dan dijual  Rp7.500 per kilogram. ANTARA/Anis Efizudin
PM Cina: Salak dan Manggis Populer di Cina

Ternyata tak hanya produk-produk buatan Cina yang membajiri Indonesia. Beberapa produk dalam negeri khususnya buah-buahan asli Indonesia saat ini mulai banyak dikonsumsi masyarakat Cina atau biasa juga disebut Republik Rakyat Tiongkok.


Pemerintah Minta Cina Turunkan Pajak Ekspor

29 April 2011

Perdana Menteri Cina Wen Jiabao dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. AP/Dita Alangkara
Pemerintah Minta Cina Turunkan Pajak Ekspor

Cina banyak mengambil bahan baku dari Indonesia kemudian produk olahannya dijual dengan bea ekspor tinggi.


Banyak Produk Cina Masuk Lewat Malaysia

23 April 2011

TEMPO/ Nita Dian
Banyak Produk Cina Masuk Lewat Malaysia

Maraknya produk Cina di pasar domestik ternyata bukan hanya karena diimpor langsung dari Cina, melainkan juga banyak yang dimpor dari negara tetangga.


Indonesia Dinilai Salah Strategi Hadapi CAFTA

23 April 2011

Bank of China.  REUTERS/David Gray
Indonesia Dinilai Salah Strategi Hadapi CAFTA

Lemahnya Indonesia menghadapi banjir impor Cina pasca diberlakukannya pasar bebas Cina-ASEAN (CAFTA) setahun lalu dinilai karena adanya kesalahan strategi.