TEMPO Interaktif, TOKYO – Meski telah mendapatkan jaminan pinjaman senilai US$ 24 miliar dari sindikasi perbankan, manajemen Tokyo Electric Power (Tepco) memastikan jumlah tersebut tidak cukup untuk membayar dampak kerugian akibat bocornya pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima.
Pernyataan ini membangkitkan dugaan bahwa pemerintah Jepang akan masuk untuk menangani perusahaan ini. Dalam konferensi pers kemarin, Ketua Tepco Tsunehisa Katsumata mengatakan belum sempat menghitung dampak finansial dari bencana tersebut.
Tapi, dia yakin pinjaman senilai 2 triliun yen dari sindikasi perbankan yang dipimpin Sumitomo Mitsui Financial Group tidak cukup untuk menutupi kerugian. Perusahaan, kata dia, akan berdiskusi dengan pemerintah untuk menjamin kecukupan dana.
"Ada banyak diskusi tentang nasionalisasi, tapi saya berusaha sekuat tenaga menjadikan Tepco tetap perusahaan swasta,” kata Katsumata.
Analis melihat masih ada peluang bagi perusahaan yang menyediakan listrik bagi sepertiga penduduk Jepang ini, bertahan dari kerugian. Nilai saham Tepco tenggelam hampir 80 persen sejak gempa bumi dan tsunami 11 Maret lalu merusak kompleks pembangkit Fukushima.
Sejak saat itu, radiasi nuklir bocor ke mana-mana, aliran listrik terhenti, dan terjadi evakuasi massal. "Tepco harus membayar ongkos perbaikan yang luar biasa besar, mencapai triliunan yen. Jadi pemerintah harus melakukan sesuatu terhadap perusahaan ini,” kata Norihiro Fujito, senior investment strategist pada Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.
Baca Juga:
Sekalipun sering disamakan dengan kasus tumpahan minyak di Teluk Meksiko yang menghantam perusahaan minyak BP, kondisi keuangan Tepco dan dampaknya yang merusak harga saham kemungkinan memaksa pemerintah Jepang mengambil alih perusahaan ini.
Jika tidak, dikhawatirkan terjadi masalah sistemik seperti yang dialami saat kejatuhan bank investasi Lehman Brothers tahun 2008. “Ini tidak hanya soal menasionalisasi Tepco. Kita harus melihat semua bank yang meminjamkan uangnya ke Tepco, pasti akan dipandang skeptis oleh investor,” ujarnya.
Pada perdagangan rabu, saham Tepco anjlok 17,7 persen menjadi 466 yen, terendah dalam 50 tahun terakhir. Perdagangan sahamnya kemudian dihentikan setelah perusahaan mengumumkan Presiden Tepco, Masataka Shimizu, dirawat di rumah sakit karena tekanan darah tinggi.
Para investor juga enggan menyambangi perusahaan ini. “Kami yakin harga sahamnya akan mencapai nol,” kata seorang eksekutif di sebuah hedge fund yang mengelola dana US$ 1 miliar di Asia. Lucunya, sumber ini mengatakan perusahaannya telah membeli utang Tepco karena yakin Tepco akan dijamin atau diambil alih pemerintah .
REUTERS | EFRI RITONGA