TEMPO Interaktif, Jakarta - Jepang belum menunda pemesanan aluminium dari Indonesia setelah bencana gempa dan tsunami. "Kami sudah cek ke pabrik, belum ada permintaan penundaan pengiriman ke Jepang," kata Ketua Otorita Asahan Effendi Sirait ketika dihubungi hari ini (17/3).
"Jepang itu tangguh, meski ada tsunami, mereka tetap saja menjalankan ekonominya," kata dia. Setiap tahun, PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) memasok alumunium sebanyak 150 ribu ton ke Jepang.
Bahkan, dengan adanya bencana, kebutuhan Jepang akan aluminium justru bakal meningkat. Sebab, setelah bencana pasti ada program pembangunan kembali.
"Tapi, kami tidak mungkin memasok lebih dari itu," kata dia.
Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kementrian Perindustrian Agus Tjahajana menambahkan kebutuhan aluminium dalam negeri mencapai 400-500 ribu ton per tahun.
Baca Juga:
"Inalum baru bisa memasok 100 ribu ton, sisanya diimpor," ujarnya.
Sebenarnya, jumlah alumunium Indonesia yang diekspor ke Jepang hanya 5-6 persen dari kebutuhan Negeri Sakura. Aluminium digunakan pada produk otomotif, alat listrik, dan rumah tangga.
"Kalau ternyata Jepang menunda pengiriman, kita bisa memanfaatkannya untuk dalam negeri," kata dia. Namun, kecil kemungkinan hal itu bisa terjadi. Biasanya, meskipun pengiriman ditunda, Jepang tetap membayar.
EKA UTAMI APRILIA