Meski begitu, ia berharap pameran akan berdampak panjang bagi kinerja ekspor tahunan. Tahun lalu, nilai ekspor mebel rotan mencapai US$ 150 juta. Negara tujuan ekspor ke Eropa, Amerika, Afrika, Timur Tengah dan ASEAN.
Adapun tahun ini ekspor diperkirakan stagnan karena nilai tukar dolar melemah dan harga bahan baku naik. "Tapi harga produk tidak naik," ujarnya.
Namun, pengusaha tetap berupaya untuk mempertahankan kinerja ekspor yang sudah pernah dicapai tahun lalu. Caranya, dengan rajin mengikuti berbagai pameran dan upaya promosi lainnya.
Pada Iffina 2011, sedikitnya ada 100 pengusaha mebel rotan yang ikut berpartisipasi. "Bulan lalu kami juga pameran di Jerman, bulan depan akan ikut pameran di Amerika," kata dia.
Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono mengakui, kinerja ekspor rotan masih belum menggembirakan. "Kontribusinya hanya 7 persen dari total ekspor mebel Indonesia," kata dia.
Asosiasi lalu berusaha ikut mempromosikan furnitur berbahan rotan alam. Untuk mendukung hal itu, pengusaha mebel rotan juga harus terus berinovasi dari segi desainnya.
Iffina kali ini, kata Ambar, adalah pameran terbaik di ASEAN. Pameran dihadiri oleh 3500 calon pembeli dari 120 negara seperti Amerika, Afrika dan Australia. Maka, semestinya pengusaha bisa memanfaatkannya dengan baik.
Hal itu membuat Asmindo optimistis target transaksi pembelian pada Iffina dan tiga bulan setelahnya mencapai US$ 400 juta. Target tahun lalu yang hanya US$ 350 juta.
Pada September mendatang, pameran mebel akan digelar lagi di Indonesia. "Pada September nanti kami targetkan ada transaksi pembelian US$ 250 juta," ujarnya.
EKA UTAMI APRILIA