TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di sektor produksi kertas, PT Kertas Leces (Persero), meminta suntikan modal kerja berupa penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 440 miliar. Saat ini perusahaan masih dalam kondisi berhenti beroperasi karena terus mengalami kerugian dalam beberapa tahun terakhir.
“Ini akan kami gunakan untuk merestrukturisasi perusahaan,” kata Direktur Utama Kertas Leces Martoyo Sugandi, dalam rapat dengar pendapat umum bersama Komisi VI DPR, Rabu (2/3), di gedung DPR.
Menurut Martoyo, kerugian perusahaan pada 2008 sebesar Rp 49 miliar, pada 2009 Rp 53 miliar, dan pada 2010 (anaudited) Rp 78 miliar. Oleh karena itu, mulai tahun ini perusahaan akan melakukan berbagai langkah untuk menyehatkan kembali keuangan perusahaan.
Menurut Martoyo, saat ini perusahaan memiliki utang kepada pemerintah berupa RDI dan DDI sekitar Rp 461 miliar. Akibatnya bank tidak bersedia memberikan pendanaan kepada perusahaan sejak 2004. “Kami sedang memproses permintaan agar pembayaran utang kepada pemerintah dapat dicicil selama 2 tahun,” kata Martoyo.
Selain kepada pemerintah, perusahaan juga berutang pada investor. Tetapi saat ini sudah ada kesepakatan agar dilakukan buyback terhadap utang tersebut. Sementara, pada 2013-2015 perusahaan akan melakukan transformasi bisnis. Jadi tidak hanya menjual kertas, perusahaan juga akan menjual bahan baku berupa ampas tebu.
“Saat ini kami masih menjajaki permintaan suntikan modal tersebut dengan pemerintah. Mungkin baru akan turun pada akhir tahun ini atau tahun depan,” kata Martoyo.
EVANA DEWI