Geliat sektor pariwisata, kata Roy, menjadikan belanja iklan pariwisata berkembang pesat. Namun, yang memprihatinkan ternyata sebagian iklan ddi industri tersebut justru diambil pekerja iklan lepas asing (freelancer) yang tak berizin. "Kami perkirakan pangsa pasar perusahaan iklan lokal dengan freelancer asing hampir 60:40," ujar Roy.
Manajemen hotel atau vila yang menggunakan manajemen atau pemilik asing cenderung memakai jasa pekerja asing. "Mungkin ini masalah warna kulit dan rambut. Pemasang iklan lebih nyaman dengan sesama orang asing pula," tutur Roy. Dia menyebutkan, persoalannya para freelancer itu kebanyakan tak menaati aturan, seperti alpa membayar pajak.
Manajemen Darmawan & Associates, perusahaan yang acap menggunakan jasa pekerja lepas asing, justru mengajak praktisi periklanan lokal untuk lebih meningkatkan kapasitas dan daya saing. "Iklan bukan hanya desain, tapi juga soal konten, selera pasar, dan proses yang matang," kata Yoke Darmawan, Managing Director Darmawan & Associates.
Yoke menilai, sebetulnya desainer lokal tak kalah berkualitas bila dibandingkan dengan desainer asing. Namun ketika berhadapan dengan penjadwalan pekerjaan, kata dia, desainer lokal umumnya kurang berdisiplin. Soal ketepatan selera juga menjadi pertimbangan para klien karena kebanyakan pemilik properti di Bali merupakan orang asing juga.
ROFIQI HASAN
Baca Juga: