Djoko membeberkan data PT Kereta Api per 2011, yang menyebutkan 50 set kereta atau sekitar 400 gerbong berusia di atas 40 tahun. Idealnya, usia kereta api 20 tahun. Bahkan, menurut Djoko, ada kereta api untuk kelas ekonomi yang sudah digunakan sejak 1958. "Ini seharusnya tidak beroperasi lagi," katanya.
Kondisi tersebut membuat kereta api rentan mengalami kecelakaan. Kasus paling akhir adalah tabrakan antara kereta api Kutojaya dan KA Mutiara Selatan di Stasiun Langen, Kota Banjar, Jawa Barat, pekan lalu. "Perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana tidak maksimal," ujar Djoko.
Tahun lalu biaya penundaan perawatan dan pemeliharaan sarana mencapai Rp 17,47 triliun. Tahun ini PT Kereta Api mengusulkan dana perawatan Rp 8 triliun, tapi yang diakomodasi oleh pemerintah hanya separuhnya. Seyogianya perawatan sekali dalam dua tahun. "Perawatan sering terhambat dana," tutur Djoko.
Mengingat minimnya dana perawatan, sejumlah kalangan menilai keinginan Menteri Perhubungan agar kecelakaan kereta tidak terus terjadi bak mengukir langit. "Keinginan zero accident itu konyol," kata Anzit Trijadi, Wakil Koordinator Indonesian Railway Reservation Society Sumber Riau.
Namun Djoko mengapresiasi tindakan antisipasi oleh PT Kereta untuk memperkecil risiko jatuhnya korban dalam kecelakaan. Misalnya, meletakkan gerbong barang atau gerbong kosong di belakang lokomotif atau di ujung rangkaian. "Ini salah satu langkah antisipatif yang dapat ditempuh," ujarnya.
RUSMAN PARAQBUEQ | RATNANING ASIH