Menurut Hiramsyah, bisnis properti semakin menggeliat seiring perbaikan ekonomi, terutama setelah muncul aturan kepemilikan perumahan dengan pola likuiditas dan rencana revisi undang-undang mengenai kepemilikan properti bagi orang asing. “Investasi yang akan dikeluarkan perseroan tahun ini naik dari tahun lalu yang hanya Rp 1,5 triliun,” ujar dia.
Bakrieland optimistis pertumbuhan penjualan properti tahun ini mencapai 50 persen dibanding 2009. Untuk apartemen dan rumah susun, Bakrieland mengincar pembangunan di pusat kota. Alasannya, lokasi itu mendekatkan pekerja dengan kantor. “Meski ada kenakan harga lantaran meningkatnya harga tanah, peminat rumah susun dan apartemen tetap tinggi,” tutur dia.
Bakrieland menargetkan pendapatan menembus Rp 1,8 triliun pada 2011, atau naik dari Rp 1,3 triliun pada 2010. Anak usaha Bakrie Group itu mengincar wilayah dengan pertumbuhan industri komoditas yang pesat, seperti Malang dan Balikpapan. Bakrieland berencana mengembangkan hotel, condotel, perkantoran, apartemen, dan land house di kawasan tersebut.
Namun Hiramsyah mendesak pemerintah daerah dan pusat mengharmoniskan aturan antara pusat dan daerah. Sebab, itu salah satu kunci untuk menarik investasi, terutama sektor perumahan dan properti khususnya rumah susun. Dia pun meminta dukungan perbankan. “Saat ini pengusaha properti lebih banyak menggunakan modal sendiri untuk mengembangkan bisnis,” katanya.
ALWAN RIDHA RAMDANI