Menurut Mukhlis, pada tahun 2008 laba bersih ANTARA mencapai Rp 3,8 miliar. Sedangkan, pada tahun 2009 laba bersih mencapai Rp 13,275 miliar, atau naik 241,46 persen dibandingkan tahun sebelumnya. "Atas capaian itu, berdasarkan indikator kinerja sehat yang ditetapkan Kementerian BUMN, ANTARA dimasukkan dalam kategori BUMN yang sehat," kata Mukhlis.
Namun, Mukhlis menyatakan bahwa struktur pendapatan ANTARA masih belum kokoh, karena sumber pendapatan komersial perusahaan sebagian besar berasal dari kerjasama dengan kantor berita asing. Bentuk kerjasama tersebut adalah berupa pemasaran produk kantor berita asing dan bantuan teknis pelayanan pelanggan mereka, di antaranya kantor berita Reuters, Bloomberg, dan AFP.
Baca Juga:
Bisnis komersial tersebut berkontribusi pada pendapatan ANTARA sebesar 60 persen, sedangkan 40 persen sisanya berasal dari kemitraan dengN negara melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam bentuk pendapatan PSO (Public Service Obligation).
"Sumber pendapatan produk sendiri, di luar produk dalam skema kemitraan PSO, masih di bawah angka 20 persen. Realitas ini bukan gambaran ideal bagi sebuah kantor berita yang sehat dan mandiri," kata Mukhlis.
Oleh karena itu, ANTARA berharap adanya Modal Awal dalam bentuk PMN untuk memperkuat transformasi dan revitalisasi produk sendiri. Menurut Mukhlis, laba yang diperoleh selama ini belum dapat menjamin kelanjutan perusahaan yang sehat, yang berbasis pada keunggulan produk atau konten teks, foto, dan video.
"Ini telah kami sampaikan pada Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) yang telah kami sampaikan kepada Kementerian BUMN pada tahun 2009," katanya.
EVANA DEWI