Kapal yang dinamakan dengan Kapal Bor Geotin 2 tersebut, dapat menembus lapisan setebal 100 meter pada kedalaman air 40 meter. "Artinya total kedalaman 140 meter dibawah permukaan laut," kata Kepala Humas PT Timah (Persero) Tbk, Wirtsa Firdaus, hari ini.
Dengan keunggulan ini, PT Timah optimistis kegiatan eksplorasi yang dilakukannya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Menurut Wirtsa, Kapal Bor Geotin 2 akan beroperasi di wilayah laut Bangka, seperti Laut Penganak dan Laut Air Kantung, juga laut Kundur Barat yang diperkirakan mempunyai cadangan baru timah. Kapal bor tersebut, juga akan melakukan kegiatan pemboran timah alluvial dan non timah alluvial di lepas pantai dengan kedalaman air lebih dari 30 meter dan kedalaman lapisan alluvial lebih dari 50 meter (deep-deep deposits) atau kedalaman air lebih dari 40 meter dan kedalaman lapisan lebih dari 15 meter (deep-shallow deposits).
Selain itu, juga akan dilakukan survey geologi atau geofisika regional untuk mengidentifikasikan batuan induk dan lapisan alluvial," paparnya merinci. Pemanfaatan teknologi tersebut, diketahui terkait dengan adanya kebijakan baru PT Timah yang dalam jangka panjang akan mengandalkan produksi bijih timah dari lepas pantai.
"Karena cadangan timah alluvial dilepas pantai mengalami percepatan pengurangan cadangan, belum lagi peraturan pemerintah yang melarang melakukan penambangan diwilayah nearshore kurang dari 1 mil, serta maraknya penambangan ilegal," kata Wirtsa.
Oleh karena itu, menurut dia, untuk mempertahankan konsepsi perusahaan pertambangan yang berkelanjutan dengan prinsip jumlah yang digali harus sama dengan cadangan yang diperoleh. "Untuk itulah PT Timah membuat kapal Bor Geotin 2 agar mampu menemukan cadangan baru yang terukur,” kata Wirtsa.
Wirtsa menekankan, cadangan timah dilaut dalam yang diperoleh Kapal Bor Geotin 2 nantinya, akan diperuntukkan kepada Kapal Keruk Dalam atau Bucket Wheel Dredge (BWD) yang sedang juga dibangun untuk menambang.
GUSTIDHA BUDIARTIE