Jumlah impor sepanjang tahun ini terbilang cukup besar. "Tahun lalu kita hanya impor sekitar 300 ribu ton," kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak, FX Sudirman, dalam Seminar Nasional Perunggasan ke-6, di Jakarta, Selasa (9/11).
Padahal, berdasarkan data pemerintah produksi jagung diperkirakan mencapai 18,1 juta ton. Prediksi itu dikhawatirkan tak sesuai dengan kondisi di lapangan. Produktivitas jagung menurun akibat cuaca ekstrem. "Beberapa daerah ada yang banjir sebelum panen," kata Sudirman.
Sudirman melanjutkan, petani tergiur untuk menanam komoditas lain yang lebih menguntungkan. "Misalnya petani di Lampung banyak yang beralih dari menanam jagung menjadi ubi dan singkong," ujarnya. Hal itu antara lain karena perawatan singkong lebih mudah ketimbang jagung.
Sebab itu, Asosiasi menggandeng Kementerian Pertanian dan Dewan Jagung untuk safari ke daerah-daerah dalam rangka pemenuhan kebutuhan jagung untuk pakan. "Kami memberi jaminan kepada petani untuk membeli jagung setelah dipanen," kata Sudirman.
EKA UTAMI APRILIA