Suswono menjelaskan Bulog memberikan 2 fungsi, ada pelayanan publik untuk melayani raskin. Fungsi kedua adalah Bulog sendiri bisa berfungsi seperti pedagang biasa beras, seperti swasta. "Dia bisa membeli dengan harga berapa saja dan menjual, kalau untung ya dia jual. Peran ini untuk menutup tadi, ini kurang jalan. Peran ini yang kurang," katanya.
Peran pembelian ini, kata dia, seharusnya dilakukan dulu oleh Bulog karena BUMN urusan logistik itu sudah diberikan instrumen yang bernama unit pengolahan gabah dan beras. "Padahal kenapa swasta bisa membeli di atas HPP kemudian dia mampu menyerap ataupun menjual ke Bulog dengan HPP, kok bisa, kan rugi. Kenapa, Bulog yang diberikan aset luar biasa," katanya.
Suswono menyatakan, cadangan beras Bulog menurut laporan terakhir sudah mencapai 1,8 juta ton. Idealnya bulog ini diatas 3 juta ton. Sebab kapasitas gudangnya sendiri 3,8 juta ton, artinya masih memungkinkan untuk itu.
"Memang dengan stok Bulog yang masih kecil ini memang terlalu riskan," katanya. Oleh karena itu, untuk memperkuat stok pangan saat Bulog tidak bisa membeli pada satu harga HPP, pilihannya adalah impor.
Saat Dirut Perum Bulog dijabat Mustafa Abubakar, kata dia, bisa mencapai stok di atas 3 juta ton. Dengan kemampuan menstok sampai di atas 3 juta itu, sehingga bulog bisa berfungsi secara optimal menstabilisasi.
"Pada saat harga dipandang tinggi, dia bisa melakukan operasi pasar berapapun. kalau sekarang kan tidak mungkin," katanya.
EKO ARI WIBOWO
[Edit for TI] - [Edit for Koran]