"Banyak penemuan baru yang bisa dikembangkan menjadi produk subtitusi impor dari sini," kata ketika membuka pameran riset teknologi nano, hari ini.
Riset ini deselenggarakan oleh beberapa lembaga seperti kementrian pendidikan, kementrian riset dan teknologi, badan penelitian dan pengembangan teknologi dan beberapa lembaga lainnya. Selain menggandeng kalangan industri, Hidayat mengatakan, pemerintah juga bekerjasama dengan peneliti dari Universitas Alexandria, Mesir.
Menurut Hidayat negara-negara lain sudah mempercayai bahwa penggunaan teknologi nano akan mendorong mereka memenangkan persaingan global yang semakin kompetitif terutama jika diterapkan di sektor industri. Saat ini nanoteknologi sudah digunakan di berbagai jenis industri seperti elektronika, tekstil, keramik, makanan, kesehatan dan farmasi.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perindustrian Dedi Mulyadi mengatakan tahun depan uji komersialisasi teknologi nano akan mulai dilakukan untuk sektor industri tekstil, keramik, kimia dan pangan. Riset untuk mempersiapkan teknologi ini sebelum uji komersialisasi dimulai akan didanai oleh kementrian pendidikan.
"Tetapi masing-masing lembaga yang terlibat juga menganggarkan dana," katanya. Kementerian perindustrian sendiri setiap tahun mengalokasikan 30 persen dana litbang atau sekitar Rp 87,8 miliar untuk riset nano. Saat ini sudah ada 30-an industri yang menerapkan penggunaan teknologi nano di dalam produksi mereka. Tetapi sebagian besar teknologi itu masih diimpor.
"Padahal kita punya potensi sumber daya dan kapasitasnya banyak," katanya. Hari ini pemerintah juga bertemu dengan perwakilan dari Universitas Alexandria untuk menyusun rencana dan koordinasi penelitian.
KARTIKA CANDRA