TEMPO Interaktif, Jakarta --Fraksi Partai Amanat Nasional meminta pemerintah menambah dana alokasi cadangan khusus dari Rp 2 triliun menjadi Rp 6-8 triliun. PAN menilai dalam kondisi iklim yang tidak menentu ini, pemerintah harus lebih berhati-hati menjaga kestabilan stok bahan pangan.
"Negara lain punya stok berlebih, Rusia juga, meski pun sedang dilanda krisis, tapi mereka bisa bertahan, karena mereka punya dana khusus yang berlebih," kata Wakil Ketua Fraksi PAN Drajad Wibowo saat memberikan keterangan pers di gedung Nusantara I, kompleks DPR RI siang ini (19/8).
Drajad melanjutkan, saat ini pemerintah hanya mempunyai cadangan dana khusus sebesar Rp 2 triliun dan cadangan stok beras 1,2-1,5 juta ton. Padahal, katanya, dalam kondisi cuaca iklim yang tidak menentu, pemerintah perlu menambah dana cadangan menjadi Rp 6-8 Triliun. Sekaligus juga meningkatkan stok beras menjadi 2,5 juta ton.
Apalagi, katanya, sejak dua bulan lalu, Rusia dilanda gelombang panas, kemarau, dan bahkan kebakaran hutan besar-besaran. Sekitar 10 juta hektar lahan pertanian di Rusia terkena imbasnya. "Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan gejolak suplai dan harga pangan dunia, khususnya biji-bijian, pada akhir 2010-2011," kata Drajad.
Rusia sendiri diketahui memasok 22 juta ton stok biji-bijia setelah Amerika Serikat dan menjadi eksporir gandum terbesar ketiga di dunia dengan pangsa pasar 13 persen di pasar dunia atau sekitar 18,3 juta ton. Akibat krisis gelombang panas ini, produksi gandum Rusia pada 2010turun drastis, yakni dari 97 juta ton gandum menjadi hanya 65 ton gandum saja.
Atas alasan itu Presiden Rusia Vladimir Putin telah memberlakukan larangan ekspor gandum dan biji-bijian sejak 15 Agustus 2010. Negara yang terkena dampak langsung dari larangan ekspor ini antara lain Turki, Mesir, Syria, Azerbaijan, dan Pakistan. Terakhir, harga tepung terigu di Meksiko naik 20 persen karena situasi di Rusia.
FEBRIANA FIRDAUS