TEMPO Interaktif, Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menggandeng Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing untuk melawan kampanye hitam kelapa sawit. LSM yang akan diajak kerjasama dengan Gapki adalah LSM asal Amerika, World Growth.
"Kami harus mempersiapkan langkah-langkah defensif jika ada tudingan
negatif terhadap industri kelapa sawit," kata Purboyo Guritno, Ketua
Bidang Organisasi dan Sumber Daya Manusia Gapki usai dialog dengan
World Growth di Jakarta hari ini (14/4).
Jadi, kata Purboyo, pihaknya tidak menyerang pihak-pihak lain yang melakukan kampanye hitam kepada industri kelapa sawit. "Namun, pertemuan kali ini baru pertemuan pertama, ke depan, arahnya adalah kerjasama agar World Growth membantu penelitian untuk
kelengkapan data Gapki," kata Purboyo.
World Growth adalah LSM yang berfokus pada masalah kemiskinan. "Industri kelapa sawit adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negara-negara berkembang seperti Indonesia," kata Alan Oxley, Ketua Umum World Growth.
Jumlah pekerja yang langsung terlibat pada lahan kelapa sawit di Indonesia sebanyak 10 juta orang. Selain itu, 45 persen dari 7 juta hektar lahan kelapa sawit adalah perkebunan rakyat.
Dalam beberapa waktu terakhir, industri kelapa sawit menghadapi
tudingan-tudingan negatif dari Greenpeace. Greenpeace mengungkapkan
bahwa pembudidayaan kelapa sawit di lahan beberapa produsen kelapa sawit Indonesia tidak mendukung keberlangsungan lingkungan hidup. Sehingga menyebabkan deforestasi dan mengganggu habitat orang utan.
Namun, menurut World Growth, anggapan Greenpece itu tidak benar. "Cara
mengurangi deforestasi justru adalah dengan upaya pengurangan
kemisknan," kata Alan.
Dalam waktu dekat, kata Alan, World Growth akan mempublikasi data yang
menyatakan bahwa pembudidayaan kelapa sawit tidak mengabaikan
keberlangsungan lingkungan hidup. "Untuk keseimbangan data yang
beredar di masyarakat," kata dia.
EKA UTAMI APRILIA