Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal pada Kementerian Keuangan, Anggito Abimanyu, tak hanya akibat perekonomian yang stabil, dana asing masuk seiring tingkat imbal hasil (yield) surat utang yang cukup kompetitif dibandingkan negara lain.
Namun, menurut dia, sejumlah ancaman bisa membalikkan keadaan tersebut. Salah satunya berasal dari tekanan inflasi yang bisa berimbas pada menipisnya selisih antara harga jual dan beli obligasi (spread sovereign).
“Kalau inflasi mulai naik. Spread (keuntungan) menjadi lebih kecil. Jadi kurang menarik (investor asing) lagi ya,” kata Anggito usai mengikuti rapat koordinasi mengenai pasokan gas nasional di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (18/3).
Meski demikian, Anggito yakin persepsi pemodal asing untuk menanamkan dananya ke Indonesia tetap tinggi. Bahkan, ketika kondisi politik memanas akhir-akhir ini. Dia optimistis jumlah modal asing yang masuk ke Indonesia pada kuartal pertama 2009 akan lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya, meski tak bisa mengungkapkan detail proyeksinya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, dalam dua bulan terakhir, dana asing di Sertifikat Bank Indonesia meningkat Rp 10 triliun menjadi Rp 58,96 triliun per 25 Februari 2010 dari posisi pekan pertama Januari 2010 sebesar Rp 49,47 triliun.
Adapun dari lantai bursa saham domestik, seiring dengan kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Standard & Poor's dari BB- menjadi BB, dana pemodal asing terus mengalir deras sepanjang pekan lalu hingga Rp 1,78 triliun.
AGOENG WIJAYA