Teknologi yang ada saat ini sudah mampu menganalisa dan membaca tabiat konsumen. Karena itu IBM mulai memfokuskan layanan untuk membantu menganalisa data bisnis. Analisa intelijen ini sebagai keunggulan untuk menyempurnakan pengambilan keputusan perusahaan.
"Yang paling mudah ditawarkan ke pelaku bisnis, ya, bisnis intelijen. Nilainya jelas dan klien pun juga mudah menggunakannya," ujar Presiden Direktur IBM Indonesia Suryo Suwignyo di Jakarta, Jumat (22/1).
IBM sudah melakukan layanan analisa intelijen dan optimalisasi bisnis ini di beberapa perusahaan perbankan, retail, telekomunikasi, agribisnis dan gas pertambangan. "Potensinya masih besar dan kompetitornya relatif tidak ada," ujar Suryo.
Pegusaha yang memakai perangkat lunak ini akan memiliki data dan analisa yang lebih tepat bagi konsumen. Studi yang dilakukan IBM dan melibatkan 2.500 kepala divisi informasi (chief information officer/CIO) di 78 negara menyebutkan, departemen teknologi dan informasi sering diminta pendapat dalam pengambilan keputusan bisnis inti. Karena perusahaan ingin mendapatkan dan menganalisa lebih banyak data.
Hasil studi itu juga menyebutkan analisa bisnis menjadi keprihatinan di masa mendatang. Lebih dari 70 persen dari mereka berencana berinvestasi dalam pengelolaan risiko dan alat kepatuhan. "Isu keamanan dan keandalan data yang muncul dari komitmen terhadap business intelligence dan analitik," ujarnya.
Selain memfokuskan layanan ini, IBM tetap akan mengelola pendapatan dari penjualan perangkat keras. Saat ini pendapatan dari perangkat keras menyumbang 40 persen pendapatan IBM secara keseluruhan, sedangkan 60 persen dari layanan perangkat lunak.
DIAN YULIASTUTI