Oleh sebab itu, kata Hatta, selain berupaya menyehatkan pasar modal agar menjadi alternatif pembiayaan sektor usaha, pemerintah akan berupaya menghilangkan penghambat investasi sektor riil, seperti tak tersedianya lahan hingga izin yang berbelit-belit. “Kami upayakan untuk menarik investasi di sektor riil,” ujarnya.
Dia berharap, peran investor meningkat dalam menciptakan pertumbuhan berkualitas. Apalagi, sejak awal, pemerintah mengungkapkan dibutuhkan dana investasi hingga Rp 2100 triliun setiap tahunnya untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi sekitar 7 persen pada masa akhir kabinet Indonesia Bersatu jilid kedua. Dari jumlah kebutuhan dana itu, pemerintah diperkirakan hanya mampu menyetor sekitar 15-20 persen dari anggaran negara. “Kami masih memerlukan pasar modal, swasta, perbankan, dan investasi langsung yang optimal,” kata Hatta.
Disinggung suku bunga kredit perbankan yang dinilai masih terlalu tinggi, Hatta tak mau banyak berkomentar. Dia menilai Bank Indonesia telah menjalankan fungsinya dengan tepat lewat inflasi dan suku bunga acuan yang cukup rendah. Sedangkan pemerintah juga telah menyiapkan Kredit Usaha Rakyat untuk memperluas jangkauan dan kemudahan administrasi kredit usaha. “Kami menyadari perbankan harus prudent. Itu harus tetap ada. Di sisi lain, ada proses bisnis dalam pengembangan usaha di sektor riil. Ini jangan sampai ada hambatan,” katanya.
AGOENG WIJAYA