Dalam tinjauan internal terhadap pinjaman yang dikucurkan kepada 15 negara sejak krisis finansial global bermula tahun lalu--terutama di Eropa Selatan dan Eropa Tengah--IMF mengatakan, bahwa reaksi IMF terhadap krisis ternyata tidak menyebabkan terjadinya gejolak bagi suku bunga dan nilai tukar mata uang, dan meloloskan perbankan.
Tinjauan tersebut membahas program-program IMF di negara-negara seperti Hungaria, Islandia, Ukraina, Latvia, Rumania, Serbia, Belarusia, Bosnia, Georgia, dan juga Kosta Rika, El Salvador, serta Guatemala. Evaluasi menyimpulkan bahwa program tersebut dikatakan berhasil.
"Studi ini menyebutkan, dengan dukungan IMF, ciri-ciri kerusakan yang dahsyat pasca krisis sejauh ini telah dicegah atau dikurangi secara drastis," kata Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn kepada kantor berita Reuters, Ahad (27/9), waktu setempat.
Tampaknya IMF kali ini enggan mengulangi kesalahan pada masa silam. Reputasi IMF sempat tercoreng karena memaksakan kebijakan fiskal yang cenderung pelit menggelontorkan fulus dan mereformasi sektor moneter saat krisis menghajar berbagai negara pada 1997-1999.
Banyak negara di Asia yang didesak untuk memperkuat cadangan mata uang asingnya untuk memastikan bahwa mereka tak akan membutuhkan bantuan lagi, namun kenyataannya banyak negara pada saat itu yang dikritik lantaran tidak berani meningkatkan konsumsi dalam negerinya.
Reza Moghadam, Director Departemen Pengawasan dan Kebijakan IMF, mengatakan krisis yang berlaku saat ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan krisis ekonomi lainnya karena krisis ini dimulai di AS dan lantas merembet ke berbagai negara.
BOBBY CHANDRA