TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, menyebut selama tahun 2024 tidak ada satu pun badan usaha milik negara (BUMN) yang melakukan Initial Public Offering (IPO). Bahkan tahun lalu, salah satu anak BUMN, Pertamina Hulu, juga ditunda untuk listing.
Dengan begitu, kata Iman, hingga kini hanya ada total 14 BUMN dan 23 anak BUMN yang melantai di bursa.
“Tahun ini sampai sekarang di (daftar) pipeline kita nggak ada (BUMN IPO),” ujar Iman.
Padahal, menurut Iman, BUMN maupun anak BUMN yang melantai di bursa memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pasar. Ia mencatat, 20 saham dengan kontribusi terbesar di atas 60 persen, atau disebut LQ20, lima di antaranya merupakan BUMN dan 1 lainnya adalah anak BUMN.
“Dari 60 persen total (kontribusi), itu dia (BUMN) menyumbang 15 persen,” ucap Iman di kantor BEI, Kamis, 17 Oktober 2024.
Ia menyebut, lima BUMN dengan kapital paling besar di bursa saat ini adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, Telkom, serta Semen Gresik. Ia juga mengatakan BSI memiliki kapital yang cukup besar.
Emiten dengan kapital terbesar ini, kata Iman, membuat banyak investor tertarik. “Bagi investor kita yang jumlahnya hari ini 14 juta, sebagian besar melakukan investasi kepada BUMN."
Iman kemudian membandingkan dengan 28 BUMN di Malaysia sudah melantai di bursa. Bahkan di Cina, sudah ada sekitar 400-an BUMN yang IPO. Oleh karena itu, ia berharap munculnya emiten-emiten baru di tahun 2025 dari BUMN.
Lebih jauh, Iman berharap Menteri maupun Wakil Menteri BUMN yang akan dilantik oleh pemerintah mendatang bisa mendorong perusahaan pelat merah maupun anak usahanya agar bisa IPO secepatnya. “Yang paling ditunggu orang (melantai di bursa) adalah BUMN, di samping swasta,” tuturnya.
Dengan tercatatnya BUMN di bursa, menurut dia, sebetulnya juga membawa keuntungan bagi perseroan itu sendiri.
"Dari IPO sampai sekarang profitnya naiknya 1.200 persen. Dividen hampir 2.000 persen dan market cap-nya naik 1.500 persen. Nah kalau anak BUMN profitnya naik 232 persen, dividennya hampir 400 persen dan market cap-nya 87 persen. Jadi artinya dengan mereka IPO ini, sebenarnya trennya naik," kata Iman.
Pilihan Editor: Pengamat Nilai Kinerja BUMN Masih Kurang Ketimbang Temasek Holdings Singapura