Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengatakan daerah ini akan melakukan terobosan di tengah krisis global ini untuk menjadi daerah andalan produksi pangan nasional. Saat in beberapa komoditi yang memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi Sulawasi Selatan yakni jagung, beras, kakao, sapi, dan rumput laut.
“Secara nasional pergerakan ekonomi Sulawesi Selatan mengalami pertumbuhan sekitar 7.8 persen, di atas persentase terbaik yang pernah dicapai daerah lain di tingkat nasional selama ini yaitu 7,4 persen,” kata Gubernur Syahrul di Makassar, Jumat (14/8).
Saat mengecek proses pengeringan dan pengolahan jagung kuning milik salah satu perusahaan eksportir di Kawasan Industri Makassar (KIMA), Syahrul mengungkapkan, harga jagung di tingkat pengumpul saat ini sekitar Rp 1.850 per kilogram. Dengan membaiknya harga ini Gubernur memastikan keinginan petani untuk menanam jagung akan meningkat.
Komoditas jagung dari Sulawesi Selatan diharapkan dapat melayani kebutuhan ekspor ke Malaysia dan Filipina, menyusul pengiriman yang sudah dilakukan sekitar 8 ribu ton ke Filipina, Maret lalu. Tidak hanya jagung, pemerintah Malaysia juga membuka hubungan dagang untuk komoditas pertanian lain seperti beras, sapi, dan rumput laut.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, Lutfi Halide, mengatakan saat ini potensi penanaman jagung di Sulawesi Selatan seluas 450 hektare, baru sekitar 235 ribu hektare yang dimanfaatkan dengan produksi rata-rata mencapai sekitar 3,9 ton per hektare. Sentra produksi jagung terbesar berada di Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Selayar, Sinjai, dan Bone.
Angka produksi jagung dari 23 kabupaten dan kota dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada 2007 produksi mencapai 896.838 ton dengan luas panen 254.526 hektare, dan produktivitas 35,24 kuintal per hektare. Tahun berikutnya produksi meningkat menjadi 969.955 ton. Pada 2009 dipastikan target produksi 1,5 juta ton dapat tercapai dengan perluasan areal penanaman.
Salah satu titik kelemahan petani adalah pengolahan atau penanganan pascapanen yang berpengaruh pada kadar air jagung. ”Seharusnya kadar air menurut standar internasional 18 persen, namun kadar air jagung produksi petani masih mencapai antara 22 persen hingga 35 persen,” tambahnya.
Karena itu pemerintah daerah setempat akan terus menggelar pelatihan kepada petani mengenai cara pengolahan yang baik lewat para penyuluh pertanian agar mereka dapat menikmati harga maksimal.
IRMAWATI