Kedua, kondisi fundamental makroekonomi Indonesia yang kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ketiga, komitmen penuh pemerintah Indonesia pada reformasi struktural, terutama dalam menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif untuk hilirisasi industri dan meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian. Keempat, pertumbuhan digitalisasi yang signifikan.
BI mencatat pada periode 2021 hingga Juli 2024 telah berlangsung transaksi dengan China menggunakan mata uang lokal mencapai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 18,18 triliun. “Dengan rata-rata pengguna bulanan telah mencapai lebih dari 300 perusahaan,” kata Doni.
BI mencatat dalam setahun terakhir, pertumbuhan transaksi pembayaran digital berbasis QR code mencapai 200 persen dengan total lebih dari 52 juta pengguna dan 33 juta merchants. Kelima, komitmen Indonesia untuk mendorong ekonomi yang inklusif dan hijau.
“Dalam hal ini, Bank Indonesia memainkan peran penting dalam memberikan dukungan kerangka kebijakan makroprudensial yang pro-growth,” kata dia.
Forum ICBF 2024 ini juga membahas isu seperti peluang investasi di sekuritas Bank Indonesia serta peran LCS dalam mengurangi ketergantungan pada valuta asing lain seperti dolar AS. Langkah ini untuk meminimalisasi risiko fluktuasi nilai tukar dan meningkatkan efisiensi transaksi lintas negara.
Selain itu, Bank Indonesia juga menerima beberapa pernyataan minat, baik langsung kepada Bank Indonesia maupun bank perantara untuk membeli Sekuritas Bank Indonesia.
ICBF 2024 diselenggarakan atas kolaborasi Bank Indonesia dengan UOB China dan Bank Mandiri Shanghai, didukung oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Shanghai dan Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok. Forum ini diharapkan dapat membuka lebih banyak peluang bagi pelaku usaha dan investor dari kedua negara, serta memperkuat fondasi kerja sama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Pilihan Editor: OJK Ingatkan Gen Z Soal 3 Fenomena yang Bisa Membuat Rugi Finansial