Kusmayanto mengungkapkan, investasi teknologi di negara maju saja minimal tiga persen dari produk domestik bruto. "Kita masih nol koma," kata Kusmayanto di Departemen Perindustrian, seusai acara lokakarya "Perencanaan Pengembangan Teknologi dalam Mencapai Visi Indonesia Sebagai Negara Industri Baru Tahun 2020" di Jakarta, Kamis (6/8).
Menurut Kusmayanto, ada tiga sektor industri yang berpeluang untuk tumbuh karena kekuatan sumber daya alam sebagai bahan baku. Antara lain, industri pertahanan dan keamanan, industri berbasis budaya, dan industri berbasis sumber daya alam.
Kusmayanto menjelaskan, apabila industri pertahanan dan keamanan dipasok dari dalam negeri, maka produksi dalam negeri meningkat, pasar tercipta, dan industri pun tumbuh.
Sementara itu, industri berbasis budaya misalnya batik, pakaian dan kerajinan, makanan dan minuman. memiliki tingkat konsumsi dalam negeri yang besar, daya beli masyarakat yang baik, bahan bakunya juga ada. "Industri Indonesia berpeluang di sektor ini," katanya.
Dia menambahkan, Indonesia juga berpeluang menjadi pemasok atau pengekspor makanan dan minuman halal untuk negara-negara muslim. "Sebab kalau diadu dengan negara yang sudah maju teknologi Indonesia jauh ketinggalan," ucapnya.
Untuk industri pertanian, perikanan dan kehutanan, menurut Kusmayanto, ketiga sektor berbasis sumber daya alam ini bisa untuk memajukan bahan bakar energi alternatif dan terbarukan, serta obat-obatan. "Itu tiga yang Indonesia punya peluang," tuturnya.
Untuk mewujudkan itu, perlu komitmen pemerintah baik dalam hal kebijakan, insentif dan anggaran. Insentif misalnya berupa kemudahan perizinan, pembebasan impor untuk peralatan yang belum bisa diproduksi Indonesia, pembebasan pajak untuk penelitian, dan alokasi anggaran penelitian untuk pengembangan teknologi.
NIEKE INDRIETTA