TEMPO.CO, Jakarta - Eks Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan pemerintah telah memutuskan untuk memutihkan sebagian investasi yang masih mangkrak. Hal ini disampaikannya usai agenda serah terima jabatan kepada Rosan Perkasa Roeslani sebagai pengganti Bahlil pada Senin, 19 Agustus 2024.
Pemerintah, kata Bahlil, telah mengeksekusi hampir Rp 600 triliun dari Rp 708 triliun investasi yang mangkrak. "Investasi mangkrak itu kan Rp 708 triliun, yang sudah tereksekusi itu kan hampir Rp 600 triliun. Selebihnya itu kami sudah putihkan," kata Bahlil di Kantor Kementerian Investasi/BKPM.
Bahlil menyebut, eksekusi investasi tersebut mangkrak lantaran kondisi internal perusahaan yang hendak berinvestasi. Menurut dia, beberapa perusahaan telah kolaps karena pandemi Covid-19. "Terus, sebagian gak bisa menjalankan karena kondisi ekonomi perusahaan."
Untuk sejumlah investasi yang sudah dipastikan masuk, kata Bahlil harus dieksekusi oleh Menteri Investasi yang baru, Rosan Roeslani. Sementara untuk investasi yang lain, tidak akan dilanjutkan prosesnya. "Tetapi, ada investasi yang sudah masuk yang harus dieksekusi oleh Pak Rosan. Sebagian (investasi mangkrak) tidak dilanjutkan," ujar Bahlil.
Sebelumnya, Bahlil mengungkapkan bahwa sejak masuk Kabinet Indonesia Maju pada Oktober 2019, dia dapat warisan investasi mangkrak senilai Rp 708 triliun. Dia mengklaim, investasi mangkrak tersebut mampu dieksekusi sekitar 78,9 persen atau senilai Rp 558 triliun dalam kurun waktu tiga tahun.
"Yang lainnya tidak bisa kami eksekusi, karena pandemi Covid-19 dan perusahaan-perusahaan itu mundur," kata Bahlil pada 24 Januari 2024 lalu, seperti dikutip dari Antara.
Dia menyebutkan sejumlah proyek mangkrak yang berhasil dieksekusi seperti investasi Lotte Chemical. Investasi ini sebelumnya mangkrak selama empat sampai lima tahun dan progresnya per Januari 2024 sudah 80 persen.
Selain itu, ada pula proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, yang sebelumnya merupakan proyek mangkrak selama lima tahun dan kini telah beroperasi. "Pemimpin saya terdahulu tidak bisa menyelesaikan ini, karena memang ilmu lapangan tidak ada, sekolahnya di Harvard," tutur Bahlil.
Pilihan Editor: Pesan Bos Apindo untuk Menteri Investasi Baru Rosan Roeslani