Sementara itu, kata dia, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan masih baik, China melambat, serta India dan Indonesia tumbuh tinggi.
Selanjutnya, kondisi kuatnya dolar AS yang mengakibatkan depresiasi nilai tukar seluruh dunia, termasuk rupiah, turut menjadi ciri ketidakpastian yang dihadapi dunia.
Lalu, terdapat pula fenomena kaburnya modal asing dalam jumlah besar dari negara pasar berkembang ke negara maju, yang sebagian besar beralih ke AS karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar.
Menurut Perry, berbagai ketidakpastian dan gejolak global tersebut berdampak negatif ke seluruh negara dunia, tak terkecuali Indonesia.
"Semua ini perlu kita waspadai dan antisipasi dengan respons kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan nasional yang sudah susah payah kita bangun," tuturnya.
Pilihan editor: Hingga Oktober Jumlah Merchant QRIS 29,6 Juta, Bank Indonesia: 92 Persennya UMKM