Menurut dia, perseroan berencana menggunakan belanja modalnya untuk peluncuran waralaba apotek, penambahan gerai apotek, penggantian beberapa mesin pabrik, dan pengembangan sistem teknologi informasi perseroan.
Rusdi mengatakan, 10 persen atau Rp 5 miliar akan didanai kas internal, sedangkan Rp 45 miliar sisanya dari pinjaman jangka pendek. "Mayoritas dari Bank Mandiri," tuturnya.
"Tapi tidak tertutup kemungkinan kami cari pinjaman lain yang lebih murah," katanya. Dengan jumlah aset sangat banyak untuk dijaminkan (collateral), Rusdi yakin perseroan akan mudah mendapatkan kredit.
Ia memaparkan, tahun ini Kimia Farma menargetkan membuka 10 gerai waralaba apotek plus 15-20 apotek baru. Perseroan juga berencana mengembangkan obat bermerek, terutama obat kanker dan HIV, yang margin keuntungannya lebih besar dibandingkan obat generik.
Dengan begitu, penjualan diramalkan bakal naik setidaknya Rp 300 miliar dari Rp 2,7 triliun pada 2008 menjadi Rp 3 triliun. Namun, perlambatan ekonomi membuat Rusdi tak berani memasang target laba bersih tinggi-tinggi. "Minimal sama dengan Rp 55,39 miliar tahun lalu," ucapnya.
BUNGA MANGGIASIH