TEMPO.CO, Jakarta - Dinamika perekonomian global sepanjang 2023 berubah sangat cepat dan cenderung memburuk. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan hal ini terutama dipengaruhi oleh kondisi geopolitik dan pengetatan moneter di Amerika Serikat.
“Ini terutama dipengaruhi oleh berlanjutnya bahkan meningkatnya ketegangan geopolitik, baik Rusia-Ukrainia, dan sekarang di Timur Tengah, serta agresifnya pengetatan moneter di AS,” ujar Perry dalam penyampaian Rencana Anggaran Tahunan BI di DPR RI, Jakarta, Senin, 13 November 2023.
Perry kemudian memaparkan ciri-ciri yang menggambarkan buruknya dinamika perekonomian global. Pertama, yakni pertumbuhan ekonomi global 2023 yang melemah ke level 2,9 persen (year on year atau yoy).
Menurut Perry, angka ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, yakni 3 persen (yoy). Adapun pada 2022, pertumbuhan ekonomi dunia berada di 3,5 persen (yoy).
“Pelemahan ini disertai dengan perbedaan atau divergensi sumber-sumber pertumbuhan antar negara yang melebar. Di satu sisi AS pertumbuhannya tinggi, di sisi lain Tiongkok menurun karena permintaan domestik dan properti,” tutur Perry.
Perry juga memproyeksi perekonomian ekonomi global tahun depan masih akan melambat ke 2,8 persen (yoy). “Dengan risiko bisa lebih rendah. Karena Ini berpengaruh pada pola perekonomian Indonesia ke depan,” kata Gubernur BI itu.
Selanjutnya: Kedua, adalah inflasi dunia yang masih tetap tinggi....