TEMPO.CO, Mumbai - Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menceritakan bahwa ia pernah berdebat dengan Uni Eropa (UE) mengenai tindakan mereka yang diskriminatif terhadap produk kelapa sawit Indonesia. UE melarang penggunaan minyak sawit karena mereka percaya kalau perkebunan kelapa sawit berkaitan dengan deforestasi.
“Saya tanya kembali berapa banyak kawasan hijau yang mereka (UE) pelihara? Mereka menjawab kurang dari 20 persen, sedangkan Indonesia menjaga lebih dari 50 persen kawasan hijau (sambil memproduksi kelapa sawit)," tutur Jerry, pada Rabu lalu, 27 September 2023. "Sehingga isu lingkungan hidup (yang disebutkan oleh UE) tidaklah relevan."
Hal tersebut disampaikan pada acara 2nd Sustainable Vegetable Oils Conference (2nd SVOC). Ajang Konferensi Minyak Nabati Berkelanjutan Kedua itu digelar di Hotel ITC Maratha di Mumbai, India,
Lebih jauh Jerry menilai pelarangan sawit oleh UE hanya karena persoalan persaingan. “UE harusnya lebih terbuka dan juga tidak boleh mengungkit isu lingkungan hidup dan menegakkan EUDR (EU Deforestation-free Regulation atau Peraturan Bebas Deforestasi Uni Eropa) yang sama sekali tidak relevan. Oleh karena itu, kita bersyukur Malaysia dan India dapat bergabung dengan Indonesia dalam menyuarakan kebenaran tentang kelapa sawit ke seluruh dunia,” ujarnya.
Adapun dalam konferensi itu, tiga negara yang terdiri dari India, Malaysia, dan Indonesia, bersama-sama mempromosikan manfaat positif CPO kepada masyarakat dunia.
Pada konferensi tersebut pula, Jerry menyatakan bahwa India memandang Indonesia dan Malaysia sebagai mitra penting yang strategis. Pasalnya, produk minyak sawit kedua negara tersebut telah memberikan banyak nilai tambah dan dampak positif bagi India.
“Dampak positif produk sawit ini perlu disebarluaskan ke seluruh dunia agar tidak terjadi miskonsepsi terhadap sawit,” kata Jerry.
Sementara itu, Peneliti Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial Universitas Indonesia, Eugenia Mardanugraha, mengatakan bahwa EUDR itu sebenarnya merupakan cara Eropa untuk mengendalikan harga minyak sawit.
Menurut dia, peraturan untuk mencegah impor pertanian terkait dengan deforestasi ilegal tidak lain hanyalah taktik UE untuk menghambat perkembangan industri Indonesia, termasuk industri kelapa sawit. “Dengan adanya regulasi (EUDR) ini, UE berupaya mengendalikan harga minyak sawit internasional,” tutur Eugenia.
PETIR GARDA BHWANA (MUMBAI)
Pilihan Editor: Indonesia jadi Tuan Rumah Bersama Konferensi Minyak Nabati Kedua di Mumbai India