TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Transportasi Perkotaan dari Universitas Lampung Aleksander Purba menanggapi rencana pembangunan proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) di Bali. Kabarnya, kereta itu rencananya akan dibangun di bawah tanah.
“Sejatinya tidak lazim LRT dibangun di bawah tanah; justru karena kesulitan ketersediaan lahan, LRT umumnya dibangun sepenuhnya melayang (fully elevated). Tidak mengerti apa pertimbangan sehingga idenya di bawah tanah,” ujar dia saat dihubungi pada Rabu, 27 September 2023.
Menurut Aleksander, LRT memang lazim dibangun di kota kecil hingga sedang dengan tingkat kepadatan tinggi, termasuk Kota Denpasar. Pertumbuhan penduduk dan kegiatan pariwisata di Pulau Dewata itu juga berkembang, tapi jalan-jalan perkotaan juga sempit.
Dia pun mengatakan hampir pasti, biaya membangun LRT di bawah tanah akan lebih mahal dibandingkan di atas tanah. Padahal, jika dibangun melayang, bisa menjadi daya tarik tersendiri, karena di Bali akan terlihat alam, bangunan pura, dan sebagainya.
Selain itu, kata Aleksander, penentuan rute juga sangat penting, karena LRT bangunan yang masif, dan tidak bisa ‘dipindahkan’ ke rute lain. “Lalu desain kereta, termasuk tinggi minimum pintu masuk, karena Bali didatangi banyak turis mancanegara,” tutur Aleksander.
Proyek LRT Bali kembali mencuat setelah dibahas Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ketika bertemu dengan petinggi operator dan penyedia kereta api milik pemerintah Negeri Ginseng Korean National Railway (KNR) serta Korea Overseas Infrastructure and Urban Development Corporation (KIND) di Korea Selatan pada 30 Mei 2023 lalu.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Mohamad Risal Wasal memastikan pihaknya akan menajamkan desain teknis rencana proyek tersebut bersama mitra bisnis dari Korea Selatan itu. "Kami kejar studi kelayakan LRT Bali agar selesai tahun ini sehingga pembangunannya bisa segera dimulai," ujar dia pada 2 Juni 2023 lalu.
Menurut Risal, Dinas Perhubungan Bali dan tim KNR sudah mengerjakan pra-FS atau studi awal LRT pada 2021. Dari kajian itu, muncul rencana pengembangan jalur kereta ringan sepanjang 9,46 kilometer yang akan dibangun dalam dua tahap. Fase pertama berupa jalur sepanjang 5,3 kilometer dari Bandara I Gusti Ngurai Rai ke area Central Park Kuta di Kabupaten Badung.
Sedangkan sisa 4,16 kilometer berikutnya disambung ke Kelurahan Seminyak. Dari sejumlah diskusi, jalur itu direncanakan juga bakal tersambung sampai ke daerah Mengwi. "Proyeksi demand dan konsep teknis jalur tersebut akan tergambar dalam FS yang akan disusun," ucap Risal.
Sesuai hasil pertemuan, Risal mengatakan studi kelayakan dan pembangunan fase pertama LRT Bali akan didanai melalui pinjaman atau official development assistance (ODA) dari Pemerintah Korea Selatan. Pembiayaan fase berikutnya bakal ditanggung dengan skema kemitraan pemerintah dan badan usaha (KPBU). Proyek ini akan berbasis jalur bawah tanah. "Jalur layang akan sulit (dikembangkan di Bali). Jadi, paling aman dibuat underground."
MOH KHORY ALFARIZI | YOHANES PASKALIS
Piihan Editor: LRT Bali akan Dibangun di Bawah Tanah, Ini Kata Guru Besar UI