Luhut: Konflik Rempang Tidak Boleh Menghambat Investasi
Lebih lanjut, Luhut Binsar Pandjaitan berharap agar rencana investor tidak lepas ke negara lain hanya karena adanya konflik di Rempang. Luhut mengatakan, pemerintah harus introspeksi dan memperbaiki kesalahan agar investor tidak lari imbas konflik Rempang.
"Jadi, kita sendiri juga harus introspeksi, apa yang salah. Kita ndak boleh malu-malu, kalo kita salah ya kita perbaiki," kata Luhut.
Adapun investor yang dimaksud Luhut adalah perusahaan kaca terbesar di dunia dengan pangsa pasar mencapai 20 persen, Xinyi Group. Seperti diketahui, Xinyi Group berkomitmen melakukan investasi ekosistem hilirisasi pasir kuarsa atau silika di Rempang dengan rencana investasi sebesar 11,6 miliar dolar AS. Investasi ini untuk membangun kaca dan solar panel, yang diproyeksikan akan menyerap tenaga kerja Indonesia sekitar 35 ribu orang.
Terkait investasi tersebut, Luhut menjelaskan bahwa realisasi investasi pabrik kaca di Rempang itu mempunyai dampak besar bagi Indonesia. Selain bisa membuka lapangan pekerjaan, membuka alih teknologi, juga akan mendorong peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam produksi photovoltaic (PV), panel surya, dan semikonduktor.
Luhut meyakini keberadaan investor itu akan mampu menjadikan Indonesia sebagai pusat atau hub produksi kebutuhan PV, panel surya, dan semikonduktor. "Kita itu jadi pusat karena sekarang ada pertikaian dari negara-negara besar, kita menjadi alternatif. Bahwa ada yang kurang lebih di kita, jangan mau terus main, istilahnya, tikus mati dalam lumbung padi," katanya.
Selanjutnya: Pemerintah Ingin PSN Rempang Jalan Terus...