Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman pun mengklaim program PSR yang telah bergulir sejak tahun 2016 telah memberikan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit petani. Namun, ia mengakui program tersebut belum berjalan dengan optimal.
Eddy ingin perusahaan sawit dapat berperan sebagai bapak asuh bagi para petani. Dia juga berharap perusahaan turut menyukseskan target PSR, yakni 500 ribu hektar per tiga tahun atau sekitar 1800 hektar per tahun.
Adapun sejak 2016 hingga Agustus tahun ini, BPDPKS telah menyalurkan dana PSR sebesar Rp 8,8 triliun. Tahun ini, telah melakukan PSR lebih dari 1700 ribu hektar yang terdiri dari tujuh proposal PSR kemitraan.
BPDPKS menyatakan saat ini ada 17 proposal PSR kemitraan yang dikaji. "Dengan capaian implementasi PSR hingga quartal tiga ini, maka kami yakin dapat memenuhi target 500 ribu hektar," ujar Eddy.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki Eddy Martono juga menilai pentingnya tata kelola berkelanjutan serta program PSR oleh petani. Menurut Eddy Martono, peningkatan produksi kelapa sawit nasional mendesak, mengingat dalam lama tahun terakhir produksi sawit nasional mengalami stagnansi. Sedangkan permintaan atau konsumsi produk sawit terus meningkat.
“Kami sangat serius dengan program PSR jalur kemitraan ini, seluruh anggota GAPKI berkomitmen untuk menjalankan program.” kata Eddy Martono.
Selain untuk meremajakan tanaman petani yang sudah tua, Eddy Martono berujar program PSR dapat membantu para petani melakukan tata kelola perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Sehingga hasil akhirnya adalah peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit di Tanah Air.
RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan editor: Upaya Kementan Menekan Potensi Kekeringan