“Tadi mungkin ibu sampaikan, ya, niat baik aja enggak cukup pak. Tergantung leader, bu. Maka teori aktor tadi saya sampaikan. Aktornya commit enggak, commit atau komat kamit? Meyakinkan ini tidak mudah, bu. Tapi merunut dengan data, dengan bukti, mungkin itu akan membantu agar kita tidak pesimis menjadi bangsa ini ke depan. Pemimpin harus memberikan optimisme pada rakyatnya,” ucap Ganjar.
Ganjar menjelaskan, setelah teori aktor dan praktiknya berjalan baik, maka paradigma negara tentang mengakui kepemilikan lahan oleh warga dapat terjadi. Dia mengambil contoh pada kejadian di Blora, Jawa Tengah tentang praktik baik dari redistribusi tanah dari melalui sertifikat. Setelah sertifikat secara cepat diberikan, kata Ganjar, maka kemudian pengakuan itu bisa diberikan kepada masyarakat.
“Jadi dapatkah paradigma negara itu mengakui kepemilikannya dan bisa dimanfaatkan? Sangat dapat. Ini kan soal political will kan, willingness yang mesti dimiliki. Aktor sekali lagi, bu. Orang boleh bicara apa pun, tapi aktornya melakukan apa enggak,” ujar Ganjar.
Suraya kemudian menambahkan bagaimana tentang penggusuran yang terjadi kepada masyarakat. “Tapi yang menggusur rakyatnya bagaimana, Pak? Tambang, semua yang diberikan semua konsensinya menggusur,” tanya Suraya.
Menanggapi hal itu, Ganjar menjawab ada dua hal yang bisa dilakukan. Pertama adalah tidak melakukan apapun pada hal yang ada di daerah tersebut, dan yang kedua adalah melakukan sesuatu dengan dua cara lainnya.
“Satu ya karena kita mengakui kepemilikannya. Maka modelnya harus transaksi kan, betul enggak? Saya mau pakai, maka saya beli. Atau yang kedua, kamu terlibat di sini sebagai apa? Sebagai pemegang saham. Ada dua, atau kalau tidak, sudah kita pada pilihan pertama, tidak usah dieksploitasi. Itu saja pilihannya,” ucap Ganjar.
Mendengar jawaban tersebut, Suraya pun berdoa agar semoga Ganjar bisa melakukan hal-hal yang diucapkannya tersebut.
RADEN PUTRI | RICKY JULIANSYAH
Pilihan Editor: Ganjar Pranowo Ditemani Cak Lontong Promosi Investasi ke Seratus Pengusaha