Adapun ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menilai janji soal BBM gratis kurang realistis. "Untuk sampai gratis (BBM), terlalu ambisius (janji tersebut) dengan kapasitas anggaran yang ada sekarang," kata Faisal kepada Tempo, Ahad, 10 September 2023.
Selama ini, menurut Faisal, pemerintah sudah menggelontorkan subsidi BBM dengan mengalokasikan dana anggaran pendapatan belanja negara (APBN). Walhasil, Pertalite dijual dengan harga lebih murah.
Meski begitu, yang perlu diingat adalah pada pelaksanaannya di lapangan, penjualan BBM sering kali melampaui kuota yang ditentukan. Artinya, permintaan di pasar lebih besar ketimbang pasokan.
"Itu terjadi karena ada batasan (subsidi) pemerintah. Karena ada keterbatasan anggaran. Artinya, kalau kemudian gratis, ada konsekuensi anggaran yang jauh lebih besar ketimbang yang sudah dialokasikan sekarang," ujar Faisal.
Ketika anggaran subsidi BBM diperbesar untuk menggratiskan BBM, menurut Faisal, maka berdampak pada alokasi dana untuk keperluan lainnya. Sebab, kata dia, tidak mungkin memperbesar anggaran untuk alokasi belanja tertentu tanpa mengurangi alokasi belanja yang lain. "Itu yang perlu dikalkulasi," ucapnya.
ANTARA | RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: 5 Janji PKB Jika Cak Imin Menang Pilpres 2024: Anggaran Dana Desa Rp 5 Miliar hingga BBM dan Sekolah Gratis