TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana menjelaskan soal target penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung 10 ribu orang per hari. Menurut dia, penurunan target dari sebelumnya 31 ribu orang itu cukup baik dan memang harus ada penyesuaian di awal operasionalnya.
Meski begitu, dia mengingatkan, soal sepur kilat tidak melulu soal bagaimana keunggulan waktu tempuh Jakarta-Bandung yang ditawarkan, tapi juga ada masalah 'kantong' di situ atau soal harga tiket kereta yang dinilai banyak orang masih terlalu mahal.
Aditya lalu mencontohkan, harga tiket kereta yang kemungkinan dibanderol Rp 250 ribu per orang. Artinya, jika seseorang akan pergi pulang dari Bandung ke Jakarta, dia sedikitnya harus menyiapkan dana Rp 500 ribu dalam satu hari untuk perjalanan bolak-balik itu.
“Kebutuhan mereka yang berkomuter di hari kerja pasti juga tidak akan signifikan kalau berpergian di hari kerja," ujar Aditya saat dihubungi pada Rabu, 6 September 2023. "Maksudnya, naik kereta cepat membeli waktu sehingga kalau mereka tinggal di Kota Baru Parahyangan di Padalarang lalu kerja di Jakarta. Cuma hanya segmen yang berpenghasilan tertentu.”
Menurut Aditya, salah satu syarat pembangunan kereta cepat adalah adanya segmen masyarakat dengan pendapatan per kapita tertentu sebagai penumpangnya. Kalaupun harga tiketnya dipatok murah, hal itu akan berdampak pada return on investment yang sangat panjang.
Selain itu, dia juga melihat bahwa karakter kereta cepat itu juga idealnya beroperasi di rentang jarak 200-800 kilometer. Alasannya, karena jika di bawah 200 kilometer, maka kereta cepat akan bersaing dengan moda transortasi lain seperti bus atau yang melintas di jalan tol.
“Sementara Jakarta-Bandung hanya 142 kilometer yang sudah terlayani juga dengan akses jalan tol,” ucap Aditya.
Ditambah lagi, Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini letak stasiun di Jakarta dan di Bandung tidak berada di pusat kotanya. Sehingga konsekuensinya ada persaingan tinggi dengan moda transportasi yang sudah ada. Sementara, jika di atas 800 kilometer nanti bersaingnya dengan angkutan udara opesawat.
“Jadi idealnya memang jaraknya antara 200-800 kilometer, itu baru peta persaiangannya lebih kompetitif buat kereta cepat,” kata dia.
Sumber Tempo yang mengetahui proyek sepur kilat itu mengatakan perseroan mengusulkan perubahan asumsi penumpang harian untuk rencana kerja dan anggaran perusahaan 2023 dari target awal 31 ribu penumpang per hari menjadi 10 ribu penumpang. Penurunan itu mempertimbangkan konektivitas stasiun (akses stasiun), operasional, informasi dan tiketing, serta perspektif penumpang dan pemangku kepentingan.
Langkah tersebut menjadi yang kedua kalinya KCIC merevisi target penumpang harian kereta cepat itu. Dalam rapat bersama Dewan Perwakilan Rakyat pada akhir Desember 2022, Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi sempat menyampaikan bahwa target penumpang harian sebesar sekitar 30 ribu penumpang itu turun dari semula 60 ribu penumpang per hari.
Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi tidak membantah soal penurunan target penumpang itu. Pria yang akrab disapa Edo itu mengatakan perusahaan terus melakukan eevaluasi target penumpang dari empat stasiun yang ditargetkan akan beroperasi pada 1 Oktober 2023.
"Kami akan evaluasi terus dengan kondisi yang se-riil mungkin yang ada dan yang kita hadapi sekarang," ujar Edo di Stasiun Halim, Jakarta Timur, kemarin.
Pilihan Editor: Target Penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung Turun, Ini Penjelasan PT KCIC