TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan bahwa Australia telah menyatakan komitmen investasi dengan ASEAN senilai US$ 95,4 juta. Investasi tersebut meliputi empat sektor, yaitu pertanian dan pangan, ketahanan energi, transisi energi bersih, infrastruktur, dan pendidikan.
"Australia menyampaikan ASEAN menjadi kawasan yang paling prioritas bagi Australia untuk mengembangkan kedepannya empat prioritas tersebut," kata Pahala dalam konferensi pers ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) di Jakarta Convention Center, Rabu, 6 September 2023.
Hal-hal yang akan dilakukan Australia bersama ASEAN, antara lain pengurangan hambatan yang ada dalam mengembangkan kegiatan ekonomi keduanya. Australia juga akan membangun kapabilitas khusus dalam sumber daya manusia atau human resources, dan memperdalam hubungan investasi.
Adapun komitmen investasi sebesar US$ 95,4 juta ini, menurut Pahala, terjalin untuk mendukung sejumlah inisiatif. Di antaranya South East Asia Business Exchange Program yang bertujuan untuk meningkatkan perdagangan. Serta exchange program untuk para profesional muda di kawasan ASEAN.
Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan Indonesia telah menawarkan 39 proyek dengan anggota ASEAN dan mitra ASEAN Senilai US$ 50 miliar. Kerja sama tersebut melibatkan 129 perusahaan, di antaranya 35 proyek di perusahaan BUMN, 4 proyek di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan 11 proyek yang berasal dari negara-negara anggota ASEAN lainnya.
Ia memperkirakan total potensi kerja sama US$ 50 miliar ini. Angka ini terdiri dari dari proyek di BUMN senilai US$ 22 miliar, Bappenas US$ 10 miliar, serta dari proyek yang datang dari lima negara ASEAN lainnya senilai US$ 810 juta dolar. Lima negara tersebut yaitu Filipina, Thailand, Malaysia, Myanmar, dan Brunei.
Terdapat juga 73 proyek potensial senilai US$ 17,8 miliar. Presiden Joko Widodo alias Jokowi pun mendorong realisasi proyek tersebut. Ia menekankan kolaborasi antarnegara ASEAN memang perlu terus didorong untuk menghadapi tantangan global. Mengingat rivalitas geopolitik tengah menajam khususnya potensi konflik di Indo-Pasifik.
Pilihan Editor: Top 3 Dunia: Australia-Cina kembali Dekat hingga Bos Foxconn Mundur
