PR Pertamina jika hapus Pertalite
Faisal juga membeberkan pekerjaan rumah alias PR pemerintah jika Pertamina resmi menghapus Pertalite dan menggantinya dengan Pertamax Green 92. Faisal berkaca pada masalah yang dihadapi pemerintah dalam menyalurkan subsidi Pertalite.
"Pertalite BBM paling murah. Itu pun selama ini masalahnya ada pada kecukupan kuantitas dan keterbatasan subsidi," ujar Faisal. "Kalau Pertalite dihapus, artinya ada progres baru lagi."
Faisal mengatakan pemerintah bakal menghadapi perkara serupa jika memberikan subsidi untuk Pertamax Green 92, seperti ketika memberi subsidi pada Pertalite. Artinya, pemerintah tetap harus mengontrol distribusi subsidi tersebut agar tepat sasaran. Mekanismenya dilakukan dengan pemberian subsidi pada orang, bukan barang.
Sementara jika pemerintah tidak memberikan subsidi, pemerintah mesti memikirkan dampaknya terhadap masyarakat. Sebab tanpa subsidi, otomatis harga Pertamax Green 92 bakal tinggi. Walhasil daya beli masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah, bakal turun.
"Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah dampak inflasi bahan bakar bisa sangat signifikan. Kita tahu itu," ucap Faisal.
Singgung keterjangkauan harga
Faisal juga menyinggung masalah harga yang mesti diperhatikan agar tidak berdampak pada masyarakat.
"Perlu diperhatikan bagaimana kemampuan masyarakat menjangkau harga. Jadi, selain masalah kuantitas, harus dilihat dari sisi harga," ujar Faisal.
"Kalau dihapus, apakah harga Pertamax Green 92 sama dengan harga Pertalite atau lebih mahal?" ucap Faisal. "Jika lebih mahal, daya beli masyarakat menengah ke bawah bisa menurun."
Kalaupun Pertamax Green 92 disubsidi pemerintah, kata Faisal, perlu dilihat keseimbangannya. Jika alokasi subsidi yang diberikan besar, bisa membebani APBN. Sebaliknya, jika sedikit, akan membebani masyarakat.
"Hal seperti ini kudu diperhatikan," ujarnya.
CAESAR AKBAR | RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: Ragam Usul Pakar IT untuk Berantas Judi Online yang Disebut Kejahatan Transnasional