TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi buka suara soal rencana sensor konten platform over the top (OTT). Dia berujar wacana ini muncul karena ada narasi bahwa perilaku platform OTT tidak sebanding dengan lembaga lain yang menayangkan film.
"Mereka masih berdalih bukan lembaga penyiaran, meski produknya audio visual," kata Budi Arie ketika ditemui di Gedung Kominfo pada Senin, 21 Agustus 2023. "Nanti kami tindak lanjuti lah."
Budi Arie mengatakan sensor perlu dilakukan untuk menjaga digital culture (budaya digital) dan digital ethic (etika digital) masyarakat Indonesia. Dua aspek itu yang menjadi perhatian kementeriannya saat ini. Termasuk dengan digital skill (keterampilan digital) dan digital security (keamanan digital).
Kendati begitu, Budi Arie mengaku belum mengkomunikasikan rencana sensor ini dengan platform OTT. "Ini kan baru diskusi. Perlakuannya beda gitu, lho," ujar dia.
Sebelumnya, wacana ini disampaikan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo Usman Kansong. Dia mengatakan rencana pemerintah menyensor konten di platform OTT dilakukan agar masyarakat tidak terpapar hal-hal di luar etika.
Menurut Usman, saat ditemui di Tarakan, Kalimantan Utara, Minggu, 20 Agustus 2023, penyensoran dilakukan agar ada keadilan bagi para penonton. Dia mengatakan akan segera mengumpulkan pemangku kepentingan untuk membahas rencana penyensoran konten di OTT, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Lembaga Sensor Film (LSF), pemain OTT hingga lembaga yang bekerjasama dengan OTT.
“Ini harus didiskusikan betul-betul supaya tidak muncul pertanyaan, mengapa film-film yang tayang di TV Indonesia disensor? Orang merokok saja di-blur (gambar dibuat buram), sementara film di OTT bebas saja. Ini kan tidak fair (adil)," ujar Usman. "Mungkin gara-gara itu orang berpikir daripada nonton di TV kita yang banyak sensor, lebih bagus nonton di sana (OTT). Akhirnya lebih banyak orang terpapar hal-hal yang melanggar etika."
RIRI RAHAYU | ANTARA
Pilihan Editor: TikTok Shop Disebut Mengancam Toko Online Lain, Proyeksi Pangsa Pasar di ASEAN 13,2 Persen