“Di satu sisi, kami memperhatikan daya beli masyarakat dan di sisi lain kami juga memperhatikan keberlangsungan dari operator yang mengoperasikan LRT Jabodebek,” ucap Risa.
Risal mencontohkan perbandingan tarif usulan dari operator (belum disubsidi) dengan tarif bersubsidi di beberapa rute. Untuk rute Stasiun Dukuh Atas - Jatimulya sepanjang kurang lebih 28 kilometer, tarif usulan operator sebesar Rp 37.268, sementara tarif bersubsidinya yaitu sebesar Rp 23.900 (PSO sebesar 36 persen).
Kemudian untuk rute Stasiun Dukuh Atas - Harjamukti sepanjang kurang lebih 25 kilometer, tarif usulan dari operator Rp 33.275, sementara tarif bersubsidinya sebesar Rp 21.800 (PSO sebesar 34 persen). Selanjutnya, untuk rute Stasiun Harjamukti - Jatimulya sepanjang kurang lebih 33 kilometer, tarif usulan operator sebesar Rp 43.923, sementara tarif bersubsidinya sebesar Rp 27.400.
Beberapa rute dengan tarif bersubsidi lainnya di antaranya Stasiun Dukuh Atas – Stasiun Cawang sepanjang 10 kilometer (tarif Rp 11.300), Stasiun Dukuh Atas – Stasiun Halim sepanjang 13 kilometer (tarif Rp 13.400), dan Stasiun Harjamukti – Stasiun Cawang sepanjang 15 kilometer (tarif Rp 14.800).
Lainnya, Stasiun Harjamukti – Stasiun Halim sepanjang 19 kilometer (tarif Rp 17.600), Stasiun Jatimulya – Stasiun Cawang sepanjang 18 kilometer (tarif Rp 16.900). Selanjutnya Stasiun Jatimulya – Stasiun Cawang sepanjang 15 kilometer (tarif Rp 14.800), dan Stasiun Cawang – Stasiun Halim sepanjang 4 kilometer (Tarif Rp 7.100).
Pilihan Editor: Guru Besar UI Kritik Jokowi Subsidi Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung: Mestinya untuk Masyarakat Miskin