Stadion dengan kapasitas 16.088 penonton ini dirancang dari hasil kolaborasi tim desain rumah produksi dalam negeri yakni Aboday, Alien Design Consultant, dan Svein Studio. Tim ini sebelumnya telah merancang Dermaga Penyeberangan Eksekutif Merak, Banten, dan Bakauheni, Lampung.
Selanjutnya, proses konstruksi Indonesia Arena dikerjakan oleh konsorsium BUMN Karya yang terdiri dari PT Adhi Karya, PT Nindya Karya, dan PT Penta. Pembangunan Indonesia Arena juga mendapat pengawasan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Awalnya, gedung olahraga bergaya modern ini dibangun untuk keperluan terpilihnya Indonesia, Filipina dan Jepang sebagai tuan rumah bersama Piala Dunia FIBA (Federasi Bola Basket Internasional) 2023. Piala Dunia FIBA 2023 dijadwalkan berlangsung dari 25 Agustus hingga 10 September 2023 dengan partisipasi dari 32 negara dan akan berlangsung di lima venue. Dalam pagelaran tersebut, FIBA mensyaratkan tuan rumah harus memiliki stadion dengan kapasitas minimal 8.000 penonton.
Filipina diketahui sudah memiliki tiga arena yang siap, yaitu Mall of Asia Arena dengan kapasitas 20.000 penonton, Smart Araneta Coliseum berkapasitas 15.000 penonton, dan Phillipine Arena dengan kapasitas 55.000 penonton. Phillipine Arena merupakan stadion indoor terbesar di dunia dan pernah menjadi venue Piala Dunia FIBA 1978. Sementara itu, Jepang telah menyelesaikan pembangunan Okinawa Arena di Kota Okinawa pada tahun 2020.
Di sisi lain, ini adalah pengalaman pertama Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia FIBA 2023. Indonesia hanya memiliki Istora Gelora Bung Karno dengan kapasitas 7.500 penonton setelah direnovasi untuk Asian Games 2018.
Namun, hal itu kemudian menjadi masalah karena Istora dianggap tidak memenuhi persyaratan daya tampung penonton seperti yang disyaratkan FIBA. Pemerintah sendiri mengalami kendala dalam meningkatkan kapasitas Istora karena adanya batasan dalam merubah bentuk fisiknya, karena statusnya sebagai cagar budaya yang harus dijaga.
Fasilitas Indonesia Arena