Hasilnya, dia menilai, “Ternyata Bu Dina keluar dengan inovasi LRT atau bentangan LRT melengkung yang panjangnya 148 meter. Boleh dibilang ini yang terpanjang di Indonesia."
Jembatan lengkung bertipe box girder beton dengan radius lengkung 115 meter itu mempunyai bentang utama sepanjang 148 meter. Beban pengujian fondasinya mencapai 4.400 ton. Pembangunan jembatan dimulai dari masing-masing pier utama yang bergerak ke tengah.
"Jadi dengan kerumitan struktur seperti itu ternyata Bu Dina berhasil menemukan cara untuk membuat LRT Jabodebek ini nantinya dari sisi jalan Gatot Subroto bisa langsung masuk Jalan Rasuna Said dengan tanpa menambah kolom di tengah perempatan tersebut," kata Bambang.
Sementara Dina menjelaskan bahwa jembatan tersebut memang berada di lokasi yang dari awal sudah diperkirakan Adhi Karya sebagai lokasi paling sulit dan tantangannya paling besar. Dia membenarkan dihubungi saat pilihan dari konsultan asing tak cukup membuat Adhi Karya yakin. "Mereka meminta kami untuk mengajukan usulan lain," kata Dina.
Jembatan lengkung disebutnya memiliki tantangan desain lebih besar karena memiliki gaya-gaya tambahan. Faktor kepercayaan dari Adhi Karya, menurut DIna, ikut berperan melahirkan desain tersebut. Hingga akhirnya, Jembatan yang telah diresmikan pada 11 November 2019 itu disebutkannya juga telah memperhitungkan tujuh kekuatan gempa besar di dunia.
Namun, empat tahun setelah diresmikan, longspan itu kini menuai kritik. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga turut angkat bicara soal longspan di lintasan LRT Jabodebek yang belakangan disebut-sebut salah desain.
Soal itu, Arya menjelaskan, longspan di lintasan LRT Jabodebek yang tanpa tiang memang mengharuskan kereta bergerak lebih lambat. Hal tersebut dinilai sebagai pilihan tepat, baik dari sisi ekonomi maupun konstruksi.
Selanjutnya: Menurut dia, longspan yang panjang tanpa tiang...