TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah India telah memberhentikan ekspor beras non basmati setelah harga beras eceran di sana naik 3 persen dalam sebulan. Sebab, hujan lebat merusak tanaman secara signifikan.
"Untuk memastikan ketersediaan beras putih non-basmati yang cukup di pasar India dan untuk menahan kenaikan harga di pasar domestik, pemerintah India telah mengubah kebijakan ekspor," kata Kementerian Pangan dalam pernyataan resminya pada Kamis, 20 Juli 2023.
Padahal, dinukil dari Reuters, India menyumbang lebih dari 40 persen ekspor beras dunia. Sedangkan persediaan beras yang rendah dengan eksportir lain bisa meningkatkan harga pangan yang telah didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu, serta cuaca yang tidak menentu.
Larangan ekspor beras India pengaruhi pasokan beras dunia
Ekonom dari Indonesia Demographic and Poverty Studies (Ideas), Yusuf Wibisono, menyebut volume beras global akan turun imbas dari kebijakan ekspor India.
"Pada 2022, India mengekspor beras ke 140 negara di seluruh dunia sebanyak 22 juta ton beras, sekitar 40 persen dari ekspor beras dunia," ujar Yusuf pada Tempo, Jumat, 28 Juli 2023.
Menurut Yusuf, sekitar setengah dari ekspor beras India itu adalah beras jenis non basmati. Sehingga, dia menilai kebijakan itu akan mempengaruhi pasokan beras dunia.
"Hal ini sama artinya dengan turunnya volume beras non basmati global hingga 11 juta ton," beber Direktur Ideas itu.
Akibatnya, Yusuf menilai harga beras non basmati di pasar global akan melonjak karena tipisnya pasokan beras global, yakni hanya sekitar 7 persen surplus produksi beras yang diperdagangkan di pasar beras global.
"Defisit di pasar beras global tahun ini berpotensi mengulang krisis tahun 2003/2004, dimana saat itu defisit pasar beras global menembus 18 juta ton," tutur Yusuf.
Kenaikan harga beras global ini, kata dia, dipastikan akan memberi tekanan harga ke negara-negara importir beras terbesar dunia seperti Cina, Nigeria, Indonesia, Filipina dan Senegal.