Adapun penurunan utang luar negeri swasta ini dikontribusikan oleh semakin turunnya utang perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) dan lembaga keuangan (financial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi 5,3 persen (yoy) dan 7,6 persen (yoy), dibandingkan dengan kontraksi 4,8 persen (yoy) dan 3,9 persen (yoy) pada bulan lalu.
Sementara, berdasarkan sektor ekonomi, utang luar negeri swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi; industri pengolahan; pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 78 persen dari total ULN swasta. Secara umum, utang luar negeri swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 74,8 persen terhadap total ULN swasta.
Bank Indonesia menilai utang luar negeri Indonesia per Mei 2023 tetap terkendali. Hal ini tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,7 persen ketimbang rasio pada bulan sebelumnya sebesar 30 persen.
Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat. Hal tersebut terlihat dari dominasi utang luar negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,3 persen dari total ULN.
Untuk menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan utang. Hal ini didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Peran utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
RR ARIYANI
Pilihan Editor: Utang Indonesia Mencapai Rp 7.787,51 Triliun Hingga Mei 2023, Cek Rinciannya